1 Arti Thariqah
Dari segi
bahasa thariqah berasal dari bahasa arab thariqah yang artinya
jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu.
Jamil Shaliba (dalam buku Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 2006, hlm.269)
mengatakan secara harfiah thariqah berarti jalan yang terang, lurus
yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.
Di kalangan Muhaddisin
thariqah digambarkan dalam dua arti yang asasi. Pertama menggambarkan sesuatu
yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar), dan kedua didasarkan pada sistem
yang jelas dibatasi sebelumnya. Selain itu thariqah juga diartikan sekumpulan
cara –cara yang bersifat renungan, dan usaha inderawi yang mengantarkan pada
hakikat, atau sesuatu data yang benar. Secara terminology, pemaknaan thariqah
agak sulit dirumuskan dengan pas, karena pengertian thariqah ikut berkembang
mengikuti perjalanan kesejarahan dan perluasan kawasan penyebarannya. Dari
berbagai sumber klasik maupun kotemporer, nampaknya thariqah dapat dimaknai
sebagai ”suatu sistem hidup bersama dan kebersamaan dalam keberagaman sebagai
upaya spiritualisasi pemahaman dan pengalaman ajaran Islam menuju tercapainya
ma’rifatullah.
Harun
Nasution mengatakan thariqah ialah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam
tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Hamka mengatakan bahwa thariqah
adalah perjalanan hidup yang harus ditempuh di antara mahkluk dan khaliq. Dalam ilmu tashawwuf juga dikatakan bahwa syari’at itu merupakan peraturan,
thariqah itu merupakan pelaksanaan sedangkan haqiqoh merupakan keadaan dan
ma’rifat merupakan tujuan yang terakhir. Tentang bagaimana melaksanakannya
untuk mencapai tujuan, kaum mutashwwifin antara satu dengan yang lain memiliki
perbedaan.
Salah satunya, thariqah adalah jalan
atau petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah SAW, dan yang dicontohkan oleh beliau dan para
sahabatnya serta Tabi’in, Tabi’it Tabi’in dan terus bersambung hingga kepada
para Guru-guru, Ulama’, Kyai-kyai secara bersambung hingga sekarang ini (para
Ulama’ Mutashawwifin).
Thariqah adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh oleh para ahli tashawwuf
atau kaum mutashawwifin untuk mencapai tujuan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Syekh Zainuddin bin Ali dalam Kitab Nadhom “Hidayatul Dzzkiya ‘Ila
Thoriqil Auliya” :
Artinya:
“Thoriqot adalah menjalankan amal
yang lebih berhati-hati dan tidak memiliki kemurahan (keringanan) syara’
seperti sifat wara’ seta ketepatan hati yang kuat seperti latihan- latihan
jiwa”).
Dengan
memperhatikan berbagai pendapat diatas, kiranya dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan thariqah adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi
yang didalam nya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama
Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Amalan dalam
thariqah ini ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara
rohaniah) dengan Tuhan.
2.2 Ajaran thariqah
Berikut ini ajaran tharikhat yang
berkembang di dunia antara lain yaitu:
a. Thariqah Naqsabandiyah dan
Khalidiyah
Thariqah
ini mempunyai ciri antara lain:
· Berpegang teguh
kepada Akidah Ahlussunnah
· Meninggallkan
rukhsah
· Memilih
hukum-hukum yang azimah
· Senantiasa
dalam muqarabah
· Tetap
barhadapan denagn tuhan
· Menghasilkan
malakah hudhur (menghadirkan Tuhan dalam hati)
· Menyenfiori di
tengan keramaian serta menghiasi diri dengan hal-hal yang berfaedah
· Mengambil
faedah dari ilmu-ilmu agama
· Berpakaian
dengan pakaian mukmin biasa
· Selalu mengatur
nafas dengan menyebut asama Allah
· Zikir tanpa
suara
· Berakhlak
dengan akhlak Nabi Muhammad SAW
Beberapa hal yang dikerjakan para
pengiku thariqah ini adalah:
1
Ketika akan
berzikir, mereka terlebih dahulu menghadirkan wajah sang guru (rabithah).
Mereka mempunyai cara zikir tertentu yang khas.
2
Mengasingkan
diri dengan bermal dan berzikir selama 40 hari, 20 hari, dan 10 hari. Hal ini
disebut berkhalwat atau bersuluk. Sewaktu bersuluk, seseorang dilarang memakan
daging.
a.
Thariqah Tsamaniyah
Ciri thariqah ini zikirnya dengan suara
keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz lailaha illa Allah.
Juga terkenal dengan nama ratib saman yang hanya mempergunakan perkataan ‘hu’,
uang artinya Dia Allah. Syaikh Saman ini jugta mengajarkan agar memperbanyak
shalat dan zikir, kasih pada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukar akal
basyariyah dengan akal robaniyah, beriman hanya kepada Allah dengan tulus
ikhlas.
c. Tahriqat Syadizilyah
1.
Pokok-pokok
ajarannya antara lain:
2.
Bertakwa kepada
allah di tempat yang sunyi dan ramai
3.
Mengikuti
sunnah dalam segala perkataan dan perbuatan
4.
Berpaling hati
dari makhluk waktu berhadapan dan waktu membelakangi
5.
Kembali kepad
allah di waktu senang dan duka
d. Thariqah Rifa’iyah
Pengikut thariqah ini mempunyai 3
prinsip yaitu tidak memminya sesuatu, tidak menolak sesuatu dan tidak
mengganggu sesuatu.
e. Thariqah Khalwatiyah
Amalan thariqah ini mampu mentransformasikan
jiwa dari tingkat yang rendah ke tingka yang lebih sempurna melalui tujuh
tingkatan nafsu, yaitu nafsu amarah, nafsu lawamah, nafsu mulhamah, nafsu
muthmainnah, nafsu radhiyah, dan nafsu kamilah.
2.3 Hubungan atau kedudukan thariqah
didalam tasawuf
Thariqah berakar dari pengalaman
seorang sufi-ahli tasawuf- dalam mengajarkan ilmunya kepada orang lain,
pengajaran mana kemudian dikembangkan pengikutnya. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya kemudian, thariqah terkait erat dengan nama guru tasawuf itu.
Dalam pengertian ini, maka penanaman satu thariqah diambil dari nama pemimpin
kelompok belajar itu. Berdasarkan pemaknaan thariqah tadi, terlihat bahwa
lembaga thariqah salah satu betuk kelanjutan usaha para sufi terdahulu dalam
menyebarluaskan tasawuf sesuai pemehamannya. Dalam ilmu tasawuf, kata thariqah
diartikan sebagai “cara sufi” mendekatkan diri kepada Allah yang disebut thuruq
as suffiyah. Sedangkan dalam thariqah, kata ini dimaknai sebagai trade
mark seorang sufi.
Peralihan tasawuf sebagai ilmu praktis
dan bersifat perorangan ke thariqah sebagai lembaga, terkait dengan
perkembangan tasawuf dan perluasan tasawuf itu sendiri. Dengan semakin banyak
tersosialisasikannya tasawuf, maka semakin banyak pula orang yang ingin belajar
tasawuf. Para peminat tasawuf itu mendatangi orang yang dinilai memiliki
otoritas dalam tasawuf untuk menuntun mereka belajar dari seorang guru yang
menguasai sistem pembelajaran yang disusun berdasarkan pengalaman dalam satu
bidang ilmu terapan. Oleh karena itu bertemunya dua kebutuhan itulah kemudian
seorang guru tasawuf memformulasikan sistem pembelajaran tasawuf yang memuat
beberapa unsur dasar. Sistem pembelajaran itu kemudian menjadi hak paten bagi
satu thariqah dan sekaligus pembeda dari thariqah-thariqah lainnya.
Guru dalam thariqah yang sudah
melembaga itu selanjutnya disebut Mursyid atau Syeikh dan wakilnya disebut
Khalifah. Adapun pengikutnya disebut Murid. Sedangkan tempatnya disebut rithbah
atau zawiyah atau taqiyah.
Dan thariqah itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri
kepada allah, maka orang yang menjalankan thariqah itu harus menjalankan
syari’at dan si murid harus memenuhi unsur-unsur berikut:
a.
Mempelajari
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
b.
Mengamati dan
berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak dan guru; dan melaksanakan
perinthnya dan menjahi larangannya.
c.
Tidak
mencari-cai keinginan dalam beamal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki.
d.
Berbuat dan
mengisi waktu seefisien mungkin dengan segala wirid dan doa guna pemantapan dan
kekhususan dalam mencapai maqomat yang lebih tinggi.
e.
Mengekang hawa
nasfsu agar terhindar dar kesalahan yang dapat menodai amal.
Ciri-ciri thariqah tersebut merupakan
cirri pada umumnnya dianut setiap kelompok, sedangkan dalam bentuk amal dan
wiridnya berbeda-beda. Sebagai contoh dapat dikemukakan masalah dzikrullah,
dzikir mengingat Allah. Ada thoriqoh yang memiliki dzikir-dzikir tertentu
dengan caranya sendiri-sendiri. Missalnya ada yang berdzikir dengan bersuara
atau yang disebut dzikir lisan. Ada dzikir yang diucapkan dalam hati yang
dinamakan dzikrul qolbi dan ada juga dzikrullah yang diucapkan secara rahasia
yang dinamakan dzikir sir.
Pada umumnya dzikir lisan itu berupa
lafadz “laailaaha ilallah”, dzikir qolbi berbunyi “Allah”
dan dzikir sir berbunyi ”hu” yang artinya dia yaitu Allah. Ada
dzikir yang diucapkan secara bersama-sama, ratib, baik diiringi dengan
tabuhan, duf, maupun diiringi dengan nyanyian, tari-tarian, menurut
irama dzikir, dengan tarikan nafas, langgam suara atau gerak badan tertentu.
Dari macam-macam pelaksanaanya baik
dari tata cara berdzikir, bentuk wirid atau tata cara lainnya, ada pula yang
melalui tiga tingkatan yang sudah sangat terkenal yaitu takhalli, tahalli dan
tajalli.
a.
Takhalli artinya membersihkan diri dari sifat-sifat tercela,
kekotoran hati dari maksiat lahir dan batin.
b.
Tahalli artinya mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji,
menyinari hati dengan taat lahir dan taat batin.
c.
Tajallli artinya merasakan persaan ketuhanan hingga mencapai
kenyataan tuhan. Inilah maqom tertinggi dalam thoriqot yakni mencapai tajalli.
Selain cara itu, imam al-Ghozali
mempunyai cara tersendiri dalam penguraiannya, namun memiliki kemiripan dngan
uraian diatas. Beliau menggunakan istilah Mukhlikat dan Munjiyat sebagaimana
dalam Kitab “Ihya’ Ulumuddin” Jus tiga dan empat, yaitu perbatan-
perbuatan yang membinasakn harus disingkirkan dan perbuatan-perbuatan yang
menyelematkan daa membawa manusia pada kebahagiaan harus dijalankan. Lalu
beliau memberikan suatu latihan brtingkat yang disebut muqorobah dan muhasabah
yadiri dari musyarrotoh, muroqobah,muhasabah, mujhadah dan mua’tabah yang
kahirnya tercapailah mukhasyafah serta tersingkapnya hijab antara kholiq dan
makhluk.
Dengan demikian, thariqah mempunyai
hubungan substansial dan fungsional dengan tasawuf. Thariqah pada mulanya
berarti tata cara dalam mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk
sekelompok yang menjadi pengikut bagi seorang syeikh. Kelompok ini kemudian
menjadi lembaga-lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan
aturan-aturan sebagaimana disebutkan diatas. Ajaran tasawuf yang harus
diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut sebagai thariqah.
Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa tasawuf adalah seperangkat ilmu
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan thariqah adalah suatu sistem untuk
mendekatkan diri kepada Allah yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu
tasawuf.
Karena ajaran pokok thariqah adalah tasawuf, atau sebagian dari tasawuf,
semakin jelas pula terlihat bahwa hubungan thariqah dan tasawuf adalah
“hubungan simbiosis” hubungan yang saling mengisi dan memerlukan.
2.4 Perkembangan Thariqah
2.4.1 Perkembangan Thariqah secara Luas
Dilihat dari sisi historisnya, kapan
dan thariqah mana yang mula-mula timbul sebagai lembaga, sulit diketahui karena
tiadanya artifact sejarah yang jelas.
Dari berbagai literature yang dirujuk
(Hamka, Tasawuf-Perkembangan dan Pemurniannya, Nurul Islam, Jakarta,
1987: hlm.102), nampaknya Thariqah Taifuriyah adalah thariqah tertua. Thariqah
ini berdiri pada abad ke IX di Persia yang mengembangkan tasawuf Abu Yazid
al-Busthami al-Taifuriyah. Perkembangan nyata keberadaan thariqah adalah
sekitar abad XII di dua daerah basis, yaitu di Khurasan (Persia) dan
Mesopotamia (Irak). Thariqah yang bermunculan di daerah Khurasan beraliran
tasawuf Abu Yazid, sedangkan thariqah yang berkembang di Mesopotamia berakar
pada tasawuf Junaid al-Baghdadi. Pada era abad XII itu, di Khurasan berdiri
thariqah Yasaviyah yang dipelopori oleh Ahmad al-Yasavi(w.1169) dan thariqah Khawajaganiyah
yang didirikan oleh abdul Kholiq al-Ghazdawani(1220).
Thariqah Yasviyah melebarkan sayapnya
ke kawasan Turki dengan nama baru thariqah Bektashiyah diidentikan dengan nama
pendirinya Muhammad Atha’ bin Ibrahim Hajji Bektash (w.1335). Thariqah ini
cukup popular pada masa kekuasaan Sultan Murad I, karena thariqah itu
memilikipasukan komando sebagai kekuatan inti kerajaan Turki Osmani, yang
disebut ”Jennisari”. Thariqah Naqsyabandiyah adalah salah satu thariqah yang
merupakan pengembangan dari thariqah Khawajaganiyah yang didirikan oleh
Muhammad Bahauddin al-Naqsyaband al-Awisi al-Bukhari (w.1335). dalam
perkembangan selanjutnya thariqah ini menyebar ke Turki, India, Indonesia
dengan nama baru sesuai pendirinya di kawasan setempat.
Selain dari dua thariqah induk di atas,
thariqah yang tergolong rumpun Khurasan masih banyak lagi yang berpengaruh
dalam dunia thariqah, seperti thariqah Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar
al-Khawalti (w.1397). di kawasan Mesir thariqah ini didirikan oleh Ibrahim
Ghulseni (1534) yang kemudian berganti nama thariqah Sammaniyah yang didirikan
oleh Muhammad ibn abdul Karim al-Sammani (w.1775).
Thariqah yang berasal dari rumpun
Mesopotamia-Irak ajarannya berakar dari tasawuf Abdul Qasim al-Junaidi yang (w.
910) atau menganut paham tasawuf Abdul Qadir al-Jailani (w.1078). Thariqah
Suhrawardiyah yang dirintis oleh Abu Hafs as Suhrawardi (w.1234), thariqah
Kubrawiyah yang dipelopori Najamuddin Kubra (w.1221) cukup digemari di India
dan Pakistan dan thariqah Maulawiyah yang yang didirikan oleh Jalaludin ar-Rumi
(w.1273) berkembang baik di daerah Turki, adalah thariqah-thariqah besar yang
mengacu pada tasawuf al-Junaidi. Thariqah Qadriyah yang dibangun oleh Muhyidin
Abdul qadir al-Jailani di Irak, melebarkan ajaran tasawufnya melalui thariqah
Shadziliyah yang didirikan oleh Nuruddin as-Shadzili (w.1258) dan thariqah
Rifaiyah yang dirintis oleh Ahmad ibn Ali Ar-Rifa’I (w.1182). thariqah yang
berasal dari rumpun Qadiriyah, tersebar luas di hamper seluruh negeri Islam.
Thariqah Faridiyah yang mengilhami lahirnya thariqah Sanusiyah dan Idrisiyah di
kawasan Afrika Utara, adlah thariqah-thariqah yang termasuk rumpun Qadiriyah
yang berakar pada tasawuf Dzunan Nun Al-Mishri (w.860). thariqah Qadariyah
masuk ke kawasan India atas jasa Muhammad al0Ghawath dengan mendirikan thariqah
Ghawatiya sekitar tahun 1617.
Penyebaran itu hanyalah dalam segi jumlah tetapi tidak menyentuh aspek
anutannya.
2.4.2 Thariqah
yang Berkembang di Indonesia
Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga,
thariqah ini merupakan kelanjutan dari pengikut-pengikut sufi yang terdahulu.
Perubahan tasawuf kedalam thariqah sebagai lembaga dapat dilihat dari
perseorangannya, yang kemudian menjadi thariqah yang lengkap dengan
symbol-simbol dan unsurnya sebagaimana disebutakan diatas.
Dari sekian banyak aliran thariqah
tersebut terdapat sekurang-kurangnya enam aliran thariqah yang berkembang di
Indonesia, yaitu thariqah Qadariyah, Rifaiyah, Nasqsyabanidiyah, Sammaniyah,
Khalawatiyah, dan Khalidiyah.
1.
Thariqah Qadariyah
Thariqah Qadariyah didirikan oleh
Syeikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan ia sering pula disebut al-Jilli.
Thariqah ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok, sampai pulau Jawa.
Pengaruh thariqah ini cukup banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan
lewat bacaan manaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib ditulis
dalam bahasa Arab. Berisi riwayat hidup dan penaglaman sufi abdul Qadir Jaelani
sebanyak 40 episode. Manaqib ini dibaca denagn tujuan agar mendapatkan berkah
dengan sebab keramatnya.
2.
Thariqah Rifa’iyah
Thariqah Rifa’iyah didirikan oleh syaik
Rifa’i. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin abbas. Meninggal di Umm Abidah
pada tanggal 22 Jumadil Awal tahun 578 H. Bertepatan dengan tanggal 23
September tahun 1106M. Dan ada pula yang mengatakan bahwa ia meninggal pada
bulan Rajab tahun512 H. Bertepatan dengan bulan November tahun 1118 M. Di
Qaryah Hasan. Thariqah ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatera
Baret, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya.
3.
Thariqah Naqsyabandi
Adapun thariqah Naqsyabandi didirikan
oleh Muhammad bin Bhauddin al-Uwaisi al-Bukhari (727-791 H). Ia biasa di sebut
Naqsyabandi diambil dari kata nasqyaban yang berarti lukisan, karena ia ahli
dalam memberikan lukisan tentang yang gaib-gaib.
Thariqah ini banyak tersebar di
Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Ke daerah Sumatera Barat, tepatnya daerah
minangkabau, thariqah ini dibawa oleh Syaikh Ismail al-Khalidi al-Kurdi,
sehingga dikenal dengan sebutan Thariqah Nasqsyabandiah al-Khalidiyah. Amalan
thariqah ini tidak banyak dijelaskan ciri-cirinya.
4.
Thariqah Tsamaniyah
Thariqah Samaniyah didirikan oleh Yaikh
Saman yang meninggal dalam tahun 1720 di Madinah. Thariqah ini banyak tersebar
luas di Aceh, dan di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera. Di Jakarta
thariqah ini juga sangat besar pengaruhnya, terutama di daerah pinggiran kota,
di daerah Palembang orang banyak yang membaca riwayat Syaikh Saman sebagai
tawassul untuk mendapatkan berkah.
5.
Thariqah Khalwatiyah
Thariqah khalwatiyah didirikan oleh
Zahiruddin (w. 1397 M) di Khurasan dan merupakan cabang dari thariqah
Suharawadi yang didirikan oleh Abdul Qadir Shurawardi yang meninggal tahun 1168
M. Thariqah Khalawatiyah ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf
Al-Khalawati al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Thariqah ini banyak pengikutnya di
Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari thariqah ini sangat sederhana dalam
pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang
lebih tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu peningkatan dari nafsu amarah,
lawwamah, mulhamah, muthmainnah, radhiyah, mardiyah dan nafsu kamilah.
6.
Thariqah Khalidiyah
Thariqah Khalidiyah adalah salah satu
cabang dari thariqah Nasqyabandiyah di Turki, yang berdiri pada abad XIX.
Pokok-pokok thariqah Khalidiyah dinbangun oleh Syaikh Sulaiman Zuhdi
al-Khalidi. Thariqah in berisi tentang abad dan Zikir, tawassul dalam thariqah,
adab suluk, tentang saik dan mawamnya , tentang ribath dan beberapa fatwa
pendek dari Syaikh Sulaiman al-Zuhdi al-Khalidi mengenai beberapa persoalan yang
diterima dari bermacam-macam daerah.
Thariqah ini banyak berkembang di
Indonesia dan mempunyai Syaikh Khalifah dan Mursyid yang diketahui dari
beberapa surat yang berasal dari Banjarmasin dan daerah-daerah lain yang dimuat
dalam kitab kecil yang berisi fatwa Sulaiman az-Zuhdi Al-Khalidi.Perkembangan
thariqah di Indonesia
KESIMPULAN
Thariqah adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh oleh para ahli tasawuf atau kaum mutashawwifin untuk mencapai
tujuan, dapat lebih dekat dengan Allah SWT.
Dalam tharikat samasekali tidak ada
tujuan negatif yang terselip di dalamnya sehingga dapat menggelincirkan umat
islam jatuh kedalam kesesatan. Sebagaimana yang sering dituduhkan oleh beberapa
orang yang belum mengetahui tentang ilmu tharikat. Mereka dengan tergesa-gesa
mengeluarkan prasangka buruk terhadap para ulama-ulama ahli tharikat. Mereka
mengatakan bahwa para ulama tersebut sebagai orang yang mengajarkan ajaran atau
amalan menyerupai ibadah yang tidak pernah dijumpai tuntunannya, baik dari
Allah maupun dari Rasul-Nya.
Apa yang dituduhkan mereka itu justru
terbalik dengan kenyataan yang ada. Para ulama ahli tharikat yang telah
mengajarkan amalan-amalan baik tersebut samasekali tidak bertentangan dengan
ajaran Allah dan Rasul-Nya. Mereka para ulama, guru, dan syekh sama mengajarkan
amalan tharikat senentiasa bersumber dari ajaran al-Quran dan al-Hadist yang
diterima secara ittishal sampai kepada nabi sendiri. Bahkan apa yang hendah
dicapai oleh ajaran tharikat telah jelas sekali yakni mengerjakan syari’at
dengan jalan yang teratur sesuai dengan keadaan yang semestinya agar memperoleh
tujuan hakikat hidup yang sebenar-benarnya.
Jadi dengan berkembangnya thariqah di
seluruh dunia ini khususnya di Indonesia maka kita sebagai umat islam tidaklah
sepantasnya berperasangka buruk pada ahli tharikat karena sebenarnya tujuan
utama mereka adalah untuk mendekatkan diri kepada sang ilahi, walaupun dengan
cara yang berbeda-beda dan kita patut untuk menghargai cara-cara mereka, tapi
tetap pada jalur atau aturan al-Quran dan hadist.
Comments
Get directions, 안성 출장마사지 reviews and 인천광역 출장안마 information for the Las Vegas Strip 밀양 출장안마 in 충청남도 출장마사지 Las Vegas, NV. 의왕 출장안마 Casino - MapyRO location Las Vegas Casino Map.