Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang
terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak hamil yang meliputi
perubahan-prubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentu misalnya
ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi. Siklus
estrus dibagi menjadi berberapa fase yang dapat dibedakan jelas yang disebut
proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus
1.
proestrus (prestanding events)
Proestrus merupakan fase sebelum estrus yaitu
periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dari
adenohipofisis pituitary dan LH ovari serta menghasilkan sejumlah
Estradiol (estrogen yang paling kuat) yang semakin bertambah yang meningkatkan
suplai darah ke saluran kelamin yang menyebabkan meningkatnya perkembangan
uterus, vagina, oviduk, dan folikel ovary.
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus
luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Fase
proestrus dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen.
Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi
untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Estrogen yang diserap dari
folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan
pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang
terjadi.Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas
sekretori membangun muatan vagina yang tebal.. Periode ini ditandai oleh adanya
sel-sel ephitelial dengan inti. Sel-sel parabasal dan sel-sel tengah ada dalam
jumlah yang besar bersama-sama dengan leukosit dan eritrosit. Pada akhir
periode jumlah sel-sel parabasal menurun, sel-sel superfisial ,uncul, jumlah
dari eritrosit dan leukosit menurun.
Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat
kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina
berperilaku seksual seperti jantan, berusaha menaiki teman-temannya
(homoseksualitas), menjadi gelisah, agresif, dan mungkin akan menanduk,
melenguh, mulai mengeluarkan lendir bening dari vulva, serta svulva mulai
membengkak. Pada pemeriksaan perektal, sapi-sapi yang proestrus terlihat
menciri dengan tonus uteri meningkat, tegang, dan teraba melingkar. Servik
mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mucus yang tebal. Vulva membengkak,
keluar leleran jernih transparan. Ovarium pada fase ini akan teraba corpus
albikan yang berasal dari korpus luteum yang mengalami atropi, mengecil dan
diganti oleh masa yang menyerupai tenunan pengikat. Corpus albikan ini teraba
sangat keras dan kecil. Pada fase ini juga akan teraba folikel de graaf yang
tumbuh cepat oleh pengaruh FSH, mulai matang dan akan mencapai puncaknya pada
fase estrus dan akhirnya folikel tersebut akan mengovulasikan sebuah ovum pada
waktu 10-15 jam
2.
estrus (Standing Heat)
Estrus merupakan periode penerimaan pejantan
oleh hewan betina untuk berkopulasi, klimaks fase folikel yang terutama
ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Pada produksi estrogen bertambah
dan Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi (kecuali pada
hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya
ovulasi). Pada saat itu, keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH,
terjadi penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH, hormon ini
akan membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan korpus luteum yang terlihat
pada masa sesudah estrus. Proses ovulasi akan diulang kembali secara teratur
setiap jangka waktu yang tetap yaitu siklus birahi. Estrus berakhir kira-kira
pada pecahnya folikel ovari atau terjadinya ovulasi. Pemecahan folikel
terjadi secara spontan pada kebanyakan spesies hewan. Akan tetapi pada kucing,
kelinci, mink, ferret dan beberapa hewan lainnya, pemecahan itu hanya dapat
terjadi apabila berlangsung koitus. Karena disebabkan oleh tertundanya refleks
neuroendokrin yang melibatkan pelepasan hormon dari pituitari, yang disebabkan
oleh stimulasi karena koitus. Maka hal ini disebut juga ovulator refleks Mukosa
dari uterus mengembung dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina,
siap untuk menerima hewan jantan.
Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda
gelisah,nafsu makan turun atau hilang sama sekali,menghampiri pejantan dan
tidak lari jika pejantan menungganginya, diikuti dengan tingkah laku
homoseksual, keluarnya cairan yang kental dan bening dari vulva yang
menggantung keluar, penigkatan sirkulasi sehingga merah, adanya kemerahan, alat
kelamin luar yang hangat serta suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika
dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan
permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de
graaf yang membesar dan sudah matang.
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu
penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial,
tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang
menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate. Sel-sel
parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet
adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat
nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada
sel superficial. Perubahan selama estrus :
a. Follicle de Graaf : besar, masak
b. Perubahan Estrogen : menjadi lebih jelas
c. Tuba falopii membengkak, epitel
menebal(proximal) dan silia-silianya bergerak aktif
d. Dinding tuba falopii berkontraksi
e. Uterus ereksi, sangat kenyal dan edeematous
f. Lendir dari uterus, vagina dan cervix
bertambah banyak
g. Mukosa vagina kemerah-merahan : vascularisasi
h. Cervix lemas dan sedikit oedematous
i. Vulva lemas dan oedermatous pada semua jenis
hewan
3.
metestrus (Pasca Birahi / postestrus)
Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak
estrus dan bekas folikel setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran
lendir. Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai
terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum.
Setelah sekitar 5 hari,korpus hemoragikum mulai berubah menjadi
luteal,menghasilkan korpus luteum atau Cl. Fase ini sebagian besar berada di
bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Progesteron
menghambat sekresi FSH oleh pituitary anterior sehingga menghambat pertumbuhan
folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus.Pada masa ini terjadi
ovulasi,kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus,kira-kira 24 sampai 48 jam
sesudah birahi.
Periode ini berlangsung selama 3 – 4 hari
setelah birahi, sedikit darah mungkin keluar dari vulva induk atau dara
beberapa jam setelah standing heat berakhir. Biasanya 85% dari periode birahi
pada sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya darah dari
vulva (untuk cek silang saat mengawinkan inseminasi harus sudah dilakukan 12-24
jam sebelum keluarnya darah). Keadaan ini disebut perdarahan metestrus
(metestrual bleeding), ditandai dengan keluarnya darah segar bercampur lendir
dari vulva dalam jumlah sedikit beberapa hari setelah birahi. Perdarahan ini
biasanya akan berhenti sendiri setelah beberapa saat. Yang perlu diingat adalah
bahwa tidak semua siklus birahi pada sapi berakhir dengan keluarnya darah.
Keluarnya darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi dan tidak selalu
menunjukkan bahwa bila diinseminasi ternak akan bunting atau tidak. Keluarnya
darah hanya akan menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus birahi.
Jika dipalpasi rectal menjelang pertengahan
sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot
uterus. Kontraksi uterus intermitten. Folikel sudah mengalami ovulasi. Ovarium
akan teraba cekung karena folikel mengalami ovulasi dan terbentuk korpus luteum
baru dengan konsitensi menyerupai jantung. Dalam fase metestrus awal, dimana
korpus luteum belum terbentuk dan pada ovarium akan teraba ada cekungan bekas
ovum yang sudah diovulasikan dari folikel yang sudah matang. Pada fase ini
sekresi mukus vagina berkurang dan epithel karunkula uterus hiperemis.
Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina
menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel
parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga
dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada
siklus estrus. Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet
kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai
berikut (Vilee, 1973):
1.
Bentuk bundar atau oval
perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak
beraturan.
2.
Ukuran nuklei yang besar
secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami
kematian atau rusak secara bersamaan
3.
Ukuran sitoplasma akan
lebih tipis daripada semula.
4.
diestrus
Adalah periode terakhir dalam siklus birahi yang
paling panjang. Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara
optimal dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata.
Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat
dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut
juga fase persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang
terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan
berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menghasilkan
sejumlah progesterone, alat reproduksi praktis ”tidak aktif” selama periode ini
karena di bawah pengaruh hormon progesteron dari korpus luteum. Jika telur yang
dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang
tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari
setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru.
Perubahan selama diestrus :
a. periode persiapan uterus untuk suatu
kebuntingan
b. Endometrium menebal dan kelenjar-kelenjar
uterusnya hypertropi
c. Cervix tertutup
d. Vagina dan vulva sedikir berlendir
e. Mukosa vagina pucat
f. Uterus lemas
g. Akhir periode diestrus endometrium dan
kelenjar uterus mengalami atropi kembali
h. Periode diestrus disebut pula periode
istrahat dari alat kelamin
Pada fase ini ovarium didominasi oleh korpus
luteum yang teraba dengan bentuk permukaan yang tidak rata, menonjol keluar
serta konsistensinya agak keras dari korpus luteum pada fase metestrus. Korpus
luteum ini tetap sampai hari ke 17 atau 18 dari siklus estrus. Uterus pada fase
ini dalam keadaan relak dan servik dalam kondisi mengalami kontriksi. Fase
diestrus biasanya diikuti pertumbuhan folikel pertama tapi akhirnya mengalami
atresia sedangkan pertumbuhan folikel kedua nantinya akan mengalami ovulasi.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium
selama siklus estrus :
1.
Selama tidak ada aktifitas
seksual (diestrus) terlihat terlihat folikel kecil-kecil (folicle primer)
2.
Sebelum estrus
folikel_folikel ini akan menjkadi besar tetapi akhirnya hanya bsatu yang berisi
ovum matang.
3.
Folikel yangh berisi
ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), saat disebut waktu estrus.
4.
Kalau telur dibuahi,
korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan siklus berhenti sampai
bayi lahir dan selesai disusui.
5.
Kalau telur tidak
dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan tumbuh lagi,
siklus diulangi.
Comments