BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah pada negara
berkembang yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan pertambahan penduduknya yang relatif tinggi. Menurut FAO (1976),
sekitar 60 % penduduk di negara-negara berkembang mengkonsumsi makanan dengan
mutu gizi yang kurang. Kekurangan pangan dan gizi di Indonesia disebabkan oleh
kurangnya persediaan pangan berprotein tinggi dan harga yang relatif mahal.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut. Pemerintah
(yang bergerak di bidang peternakan) telah menyusun program aneka ternak untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi keluarga. Masalah kekurangan gizi di
Indonesia diharapkan dapat ditanggulangi dengan hadirnya program ini. Program
ini pun masih berjalan hingga saat ini. Burung puyuh (Coturnic coturnix
japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang sedang
di kembangkan dan ditingkatkan produksinya.
di kembangkan dan ditingkatkan produksinya.
Salah satu komoditi yang dihasilkan oleh
burung puyuh adalah telurnya. Telur puyuh merupakan sumber protein hewani yang
relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti telur
ayam, daging sapi, daging kambing, dan lain-lain. Zat yang terkandung di dalam
telur puyuh lebih baik dari pada susu sapi segar dalam jumlah kandungan kalori,
protein, lemak phospor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin B12. Daging
dan kotoran puyuh pun dapat dijadikan penghasilan tambahan selain dari telurnya
(Tetty, 2002).
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
perlu dilakukan berbagai usaha untuk memproduksi puyuh. Salah satunya adalah
merencanakan perkandangan puyuh komersial. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan produksi dan kualitas puyuh sehingga nilai jual produk pun dapat
lebih tinggi. Beternak puyuh masih sangat prospektif untuk dilakukan. Semakin
hari, permintaan telur puyuh semakin meningkat. Keadaan ini menyebabkan para
peternak puyuh merasa tidak mampu untuk melayani permintaan agen tetapnya.
1.2 Tujuan
Tujuan umum perancangan ini adalah
membuat rancangan fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta
bersifat komersial yang meliputi aspekaspek sebagai berikut:
·
Rancangan kandang puyuh
secara fungsional dan struktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi.
·
Dapat membuat kandang sistem
baterai dan sistem litter
1.3
Manfaat
·
Mahasiswa mampu mengetahui
sistem kandang apa yang baik untuk beternak puyuh
·
Pembaca mengetahui aspek apa
saja yang perlu di perhatikan dalam beternak puyuh
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Burung Puyuh
Burung puyuh merupakan jenis burung yang
tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil, dan berkaki pendek.
Burung puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika
Serikat pada tahun 1870. Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara
Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya. Burung puyuh terus dikembangkan
ke seluruh penjuru dunia. Burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan di
Indonesia sejak tahun 1979. Klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai
berikut :
·
Kingdom : Animalia
·
Phylum : Chordata
·
Class : Aves
·
Ordo : Galliformes
·
Famili : Phasianidae
·
Genus : Coturnix
·
Species : Coturnic coturnix
japonica
Burung puyuh merupakan kekayaan plasma
nutfah Indonesia disebut juga Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di
Indonesia diantaranya Coturnix coturnix japonica, Coturnix chinensis,
Arborophila javanica, dan Rollus roulroul. Burung puyuh yang saat ini banyak
diternakkan adalah Coturnix coturnix japonica. Coturnix coturnix japonica
adalah burung puyuh yang telah lama didomestikasi sehingga kehilangan naluri
untuk mengerami telurnya (Elly Listyowati, 2004). Burung puyuh mempunyai
ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek. Kebutuhan pakannya
sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu antara 14-24
gram/ekor/hari (Wahyuning, 2001). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi,
dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu sekitar 6 minggu. Selain itu,
telurnya dapat ditetaskan dalam waktu 16-18 hari.
2.2. Sistem Pemeliharaan
Seperti halnya kandang ayam, kandang
untuk puyuh juga terdiri dari beberapa macam. Semua jenis kandang memiliki
kelebihan dan kekuranganmasing-masing. Secara umum terdapat dua macam sistem
pemeliharaan puyuh yaitu pemeliharaan dengan menggunakan kandang litter dan
menggunakan sangkar baterai. Pemeliharaan puyuh tanpa pindah kandang biasanya
menggunakan sistem litter. Sedangkan pemeliharaan dengan pindah kandang
dilakukan dari kandang sistem litter ke sangkar baterai (Elly Listyowati,
2004).
·
Sistem Litter
Penggunaan sistem ini masih sangat
jarang bagi ternak puyuh di Indonesia. Sistem litter lebih banyak dipakai di
negara empat musim. Kalaupun ada di Indonesia biasanya dipakai oleh peternak
puyuh pembibit, bukan peternak produsen telur konsumsi/petelur. Sistem litter
dapat menggunakan 80 % sekam padi dicampur 15 % kotoran sapi yang sudah kering
dan 5 % kapur.
Gambar sistem litter:
Seandainya sekam padi tidak tersedia
bisa digunakan serbuk gergaji sebagai penggantinya. Bahan litter mempunyai
beberapa manfaat, diantaranya menghemat tenaga dan praktis. Sistem litter tidak
perlu dibersihkan setiap hari, dapat menjadi sumber vitamin B-12, memberi rasa
hangat kepada puyuh terutama pada saat musim penghujan. Kesehatan kaki puyuh
pun terjaga, karena tidak langsung mengenai lantai yang keras. Kerusakan lantai
terkurangi, karena terserapnya kotoran dan air oleh litter. Yang paling
penting, memberi kesibukan pada puyuh untuk mengaisngais sehingga mengurangi
sifat kanibalisme puyuh untuk saling mematuk.
·
Sistem Sangkar Baterai
Sistem ini paling banyak digunakan oleh
peternak-peternak puyuh di Indonesia. Dinding dan lantai sangkar sistem ini
terbuat dari kawat kasa/ram. Hal ini menyebabkan di bawah lantai setiap sangkar
perlu disediakan alas guna menampung kotoran (dropping board).
Gambar kandang sistem sangkar:
Dengan adanya penampung kotoran itu
pemeliharaan kebersihan ruangan lebih mudah dilakukan. Selain itu kotoran tidak
menimpa puyuh dalam sangkar yang terletak di bagian bawahnya. Bahan yang baik
untuk membuat sangkar jenis ini adalah kayu karena lebih awet dan rapi. Sangkar
dari kayu akan tahan hingga lebih dari 4 tahun. Perbaikan yang sering dilakukan
adalah mengganti kawat dinding karena sudah berkarat dan rapuh. Tempat pakan
dan air minum dalam sangkar baterai biasanya terbuat dari kayu, bambu, atau
pipa PVC.
2.3 Persyaratan
Perkandangan
Kandang merupakan unsur penting dalam
menentukan keberhasilan usaha peternakan puyuh. Kandang melindungi ternak dari
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti hujan, udara panas dan
dingin, serta lembab. Kandang menghindarkan ternak dari gangguan binatang lain
dan memudahkan dalam pemeliharaaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik
buruknya kandang puyuh yaitu lokasi kandang, kepadatan kandang, suhu dan
kelembaban kandang serta ventilasi.
·
Lokasi Kandang
Lokasi atau lahan yang digunakan dalam
pembangunan kandang puyuh secara langsung mempengaruhi keberhasilan peternak
puyuh. Lokasi yang baik akan memberikan dampak positif bagi produksi peternakan
puyuh. Sedangkan lokasi yang buruk justru akan menuai hasil yang buruk pula.
Oleh sebab itu penentuan lokasi kandang menjadi faktor yang menentukan
keberhasilan peternak.
·
Kepadatan Kandang
Kandang harus dapat menjamin kesehatan
serta pertumbuhan yang baik bagi puyuh. Besar atau ukuran kandang yang akan
digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Bila luas
kandang tidak sesuai dengan jumlah puyuh yang hendak dipelihara maka
produktivitas puyuh tersebut akan turun. Hal ini dikarenakan puyuh akan
berdesak-desakkan dalam berebut pakan sehingga ransum yang dikonsumsi kurang
merata. Perkelahian pun dapat terjadi sehingga kesempatan untuk kawin berkurang
terutama untuk puyuh pembibit. Luasan kandang yang dipergunakan sebaiknya tidak
terlalu besar dan terlalu kecil. Bila kandang terlalu besar, puyuh-puyuh akan
terlalu aktif bergerak atau bahkan menjadi malas. Luas kandang berdasarkan umur
puyuh dapat dilihat pada Tabel :
Umur (Minggu)
|
Luas Kandang (cm2/ekor)
|
0-1
|
160-180
|
1-4
|
180-200
|
4-7
|
180-200
|
7-dst
|
180-200
|
·
Suhu dan Kelembaban Kandang
Puyuh termasuk kelompok unggas yang
merupakan hewan berdarah panas. Hewan berdarah panas harus mempertahankan suhu
badan dalam batasan yang sempit bila efisiensi berlangsung. Unggas akan
melakukan efisiensi dengan cara memperlambat metabolisme dan mengurangi nafsu
makan (Priyatno, 1999). Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh
adalah 20-25ºC. Suhu yang terlalu tinggi akan akan menurunkan kesuburan sperma
pada puyuh pejantan. Pada puyuh betina, suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan lebih tipis dan mudah retak.
Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi kesehatan unggas. Kelembaban dalam kandang idealnya 30-80%.
Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah terserang
penyakit. Hal tersebut terjadi karena kelembaban yang tinggi akan mendukung
perkembangan mikroorganisme dan bakteri.
·
Ventilasi
Ventilasi juga berfungsi mengatur
kondisi suhu dan kelembaban di dalam kandang. Suhu dan kelembaban sangat
berpengaruh terhadap kesehatan puyuh. Suhu yang baik bagi puyuh berkisar 20-25o
C dan kelembaban sekitar 30-80%. Suhu dan kelembaban yang tinggi berpengaruh
pada kepekaan puyuh terhadap penyakit pernapasan. Udara segar yang dibutuhkan
puyuh akan semakin meningkat apabila suhu meningkat dan berat puyuh meningkat.
Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya oksigen dan karbondioksida.
2.4. Kontruksi Kandang
Kontruksi kandang merupakan faktor
penting dalam dunia peternakan. Konstruksi yang baik akan memudahkan perawatan,
pencegahan terhadap penyakit, dan memungkinkan puyuh yang dipelihara di
dalamnya berproduksi sesuai harapan. Faktor konstruksi yang dituntut untuk
membuat kandang puyuh yang baik antara lain meliputi ventilasi, dinding, lantai,
atap, dan bahan bangunan.
·
Dinding kandang
Hembusan angin yang cukup akan
mengurangi udara panas dalam kandang. Berdasarkan fungsinya, dinding kandang
dibedakan atas dinding terbuka dan dinding tertutup. Dinding terbuka
menggunakan bilah bambu, kayu, atau anyaman kawat. Dinding terbuka juga berfungsi
sebagai ventilasi udara. Dinding tertutup menggunakan styrofoam untuk membuat
dinding kedap temperatur atau bahan rapat lainnya. Jenis dinding ini digunakan
di negara-negara yang mempunyai periode musim dingin (Priyatno, 1999).
·
Lantai kandang
Lantai kandang dapat dibedakan atas dua
jenis. Jenis pertama merupakan lantai padat yang langsung rapat ke tanah.
Lantai ini dapat dibuat dari adukan semen dan pasir dan juga dibuat dari tanah
yang dipadatkan. Permukaan lantai ini dapat ditutup dengan serbuk yang berfungsi
untuk menyerap kotoran yang jatuh. Jenis lantai yang kedua merupakan lantai
bercelah berbentuk panggung yang tidak rapat ke tanah. Lantai ini dibuat dari
bilah-bilah bambu atau anyaman kawat.
·
Atap Kandang
Tipe atap akan berpengaruh terhadap
aliran udara, suhu, dan kelembaban udara dalam kandang. Atap biasa (gable)
terdiri dari dua sisi tetapi tidak terdapat lubang pada puncaknya. Umumnya
digunakan untuk bangunan kandang yang tidak terlalu luas dan memiliki jumlah
peliharaan unggas tidak begitu banyak. Atap monitor terdiri dari dua sisi dan
pada bagian puncaknya terdapat lubang. Umumnya jenis ini digunakan untuk
bangunan kandang yang berukuran luas dan memiliki jumlah peliharaan unggas
cukup banyak.
·
Bahan bangunan
Memilih bahan bangunan yang akan dipakai
memerlukan kecermatan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya
iklim daerah tersebut dan kualitas bahan bangunan. Hal tersebut sangat
mempengaruhi keawetan dan kenyamanan kandang. Selain itu dipertimbangkan pula
faktor ekonomi sehingga sebaiknya dipilih dari bahan yang semurah mungkin
tetapi tetap memenuhi persyaratan. Sebaiknya kandang dibuat dari bahan berwarna
tidak gelap yang tidak begitu kuat menyerap panas (Priyatno, 1999).
2.5 Metode Perancangan
Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang
efektif serta bersifat komersil terdiri dari kandang inti, gudang, ruangan
mesin tetas, kantor, tempat packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat
pembuangan kotoran. Awal mula
perancangan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
perancangan seperti ide perancangan. Kemudian menentukan lokasi dan tata letak
fasilitas usaha ternak puyuh ini. Pada analisis rancangan fungsional, dikaji
berupa tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan lingkungan yang dapat
menciptakan suasana kandang yang aman dan nyaman. Kemudian pada analisis
rancangan struktural dikaji bentuk, ukuran, dan bahan konstruksi yang
digunakan. Dan pemilihan berdasarkan sifat fisik dan mekanik bahan sesuai
dengan fungsi komponen tersebut. Lalu dihitung beban yang terjadi pada bagian
konstruksi, agar konstruksi tersebut dapat dikatakan kokoh/kaku. Perencanaan
analisis biaya ditujukan untuk dapat mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan
untuk merealisasikan pembangunan satu unit kandang.
2.6 Perencanaan Umum
Usaha Ternak Puyuh
Perencanaan usaha ternak puyuh itu bisa
dibilang mudah ataupun susah. Pada pelaksanaannya masih terdapat kesalahan dan
kekurangan yang mengakibatkan kerugian seperti penggunaan pakan yang berlebih
dan produksi telur yang terus menerus turun. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman yang mendalam mengenai usaha ternak puyuh ini. Terutama bila
dikaitkan dari sisi komersial. Tiga faktor penting dalam merencanakan usaha
ternak puyuh yaitu penentuan lokasi dan tata letak, perencanaan skala usaha,
dan penentuan sistem pemeliharaan.
·
Penentuan Lokasi Dan Tata Letak
Berdasarkan Perda No.5 Th.2000, lahan
untuk peternakan diutamakan daerah berlahan kering dan memiliki tanaman
tahunan. Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memiliki perda yang mengatur secara
khusus tentang penempatan lahan untuk pertanian (tidak spesifik pada
penunjukkan tempat).
Pemilihan tempat usaha didahului dengan
pertimbangan terdapatnya sarana penunjang seperti listrik, sumber air, dan
jalan masuk kendaraan yang cukup memadai. Letak kandang diatur sehingga hanya
sinar matahari pagi yang dapat masuk secara tidak langsung ke dalam kandang.
Sinar matahari pagi penting untuk sanitasi kandang, selain itu sebagai sumber
vitamin D bagi puyuh. Pelaksanaan ternak puyuh skala usaha besar harus
mempertimbangkan tata letak sesuai aturan, karena biasanya unit kandang berada
dalam kandang yang besar. Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta
bersifat komersial dapat terdiri dari beberapa jenis bangunan. Yaitu dua unit
kandang inti, gudang tempat penyimpanan pakan dan peralatan, ruangan mesin
tetas, kantor, ruang packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat
pembuangan kotoran terletak di dekat kandang. Tempat pembuangan kotoran
dirancang agar kotoran dapat masuk dan keluar secara bergantian (tidak
bersamaan) maka dipasang sekat di tengahnya.
·
Perencanaan Skala Usaha
Banyaknya jumlah puyuh yang akan
dipelihara mencerminkan besarnya skala usaha yang direncanakan. Jumlah puyuh
yang akan dipelihara dapat ditentukan melalui besarnya asumsi permintaan
terhadap telur puyuh. Jenis puyuh yang akan dipelihara adalah Coturnix coturnix
japonica. Menurut Wahyuning (2001), puyuh jenis ini memiliki kemampuan bertelur
yang cukup tinggi yaitu sekitar bertelur sebanyak 250-300 butir/tahun.
·
Penentuan Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan yang dipilih adalah
sistem baterai. DOQ (Day Old Quail) berumur 3 minggu yang baru dibeli segera
dimasukkan ke sangkar baterai. Puyuh akan tetap berada dalam kandang baterai
sampai puyuh tersebut diafkir. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam
perawatan kandang dan pelaksanaan produksi telur puyuh. Puyuh yang berumur
lebih dari satu tahun akan diganti dengan yang baru karena produktivitasnya
telah menurun. Kandang inti terdapat dua unit. Pada tiap satu unit kandang inti
dikelompokkan ke dalam 4 baris, yang tiap baris terdapat 17 unit kandang.
Pengelompokan ini tidak dipengaruhi oleh umur puyuh, pengelompokan ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan, pendataan, serta perawatan puyuh.
2.7 Rancangan
Fungsional
Rancangan fungsional suatu bangunan
memiliki arti penting dalam arah tujuan bangunan tersebut didirikan. Fungsi
dari setiap rancangan yang akan dibuat harus benar-benar sesuai dengan keadaan.
Analisa rancangan fungsional kandang puyuh mencakup hal-hal seperti
pertimbangan pemilihan tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan
lingkungan.
·
Tipe Kandang
Tipe kandang untuk unggas dapat dibagi
menjadi dua. Tipe pertama adalah tipe litter dan tipe kedua adalah tipe
baterai. Tipe litter umumnya digunakan pada kandang ayam agar mudah dalam
perawatan dan praktis. Sedangkan tipe untuk ternak puyuh umumnya tipe baterai
sangkar. Pemilihan sangkar baterai untuk usaha ternak puyuh ini didasari
beberapa faktor. Faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya sangkar baterai
dapat membuat pekerja mempermudah pengawasan dalam perawatan puyuh. Selain itu,
pada sangkar baterai relatif lebih mudah untuk melakukan pendataan puyuh bila dibandingkan
dengan kandang litter. Berikut ini akan dijelaskan kapasitas, luas, dan
fasilitas sangkar baterai yang dijadikan sistem pemeliharaan untuk usaha ternak
puyuh.
·
Kapasitas dan Luas Sangkar Baterai
Kapasitas sangkar baterai tergantung
dari jumlah skala usaha ternak yang akan dijalankan. Penyusunan sangkar baterai
pada kandang inti perlu dilakukan agar penggunaan luasan lantai teratur dan
efisien. Luas kandang inti masing-masing sebesar 180 m² (24 m x 7.5m). Lebar
sangkar tidak lebih dari 0.75 m agar pekerja leluasa bila akan membersihkan
sangkar, merawat ataupun menangkap puyuh. Panjang dan lebar yang digunakan
untuk unit sangkar baterai ini adalah 0.9 m dan 0.6 m. Sangkar baterai ini
menggunakan alas dari kawat ram atau kasa, alas dari litter terlalu kotor dan
tidak praktis. Di Indonesia yang lebih sering dipergunakan adalah alas dari
kawat ram, karena lebih praktis dan bersih, sehingga puyuh lebih terjamin hidup
sehat. Hanya perlu ada tambahan papan triplek di bawah alas sangkar sebagai
wadah kotoran. Tinggi satu lantai pada unit sangkar baterai diusahakan tidak
lebih dari 0.30 m. Sangkar yang terlalu tinggi menyebabkan puyuh sering
meloncat-loncat dan hal itu menyebabkan kepala puyuh sering terluka.
Gambar : Sketsa sangkar baterai tampak samping:
·
Fasilitas Kandang
Fasilitas kandang merupakan sarana dalam
memudahkan dan membantu proses produksi. Produksi telur puyuh akan meningkat
seiring dengan baiknya kualitas fasilitas yang digunakan. Fasilitas kandang
termasuk di dalamnya tempat pakan, tempat minum, tirai plastik, lampu, dan
peralatan lain-lain.
·
Lokasi Perkandangan
Usaha ternak puyuh yang akan
dikembangkan merupakan skala besar sehingga memerlukan lokasi ideal. Penentuan
lokasi perkandangan mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya luas lahan,
keadaan topografi, keadaan lalu lintas angkutan sarana produksi ternak,
ketersediaan sumber air dan listrik.
·
Persyaratan Lingkungan
Lingkungan yang mendukung akan
mempermudah perawatan dan pengendalian keadaan kandang. Akan tetapi bila
lingkungan tak mendukung, perlu langkah antisipasi agar keadaan kandang tidak
terlalu terganggu. Persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi yaitu suhu,
kelembaban udara, dan ventilasi kandang.
2.8 Rancangan
Struktural
Rancangan struktural bertujuan agar
bagaimana suatu rancangan kandang yang sudah ada dapat menahan beban yang
dideritanya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan apakah setiap bagian dari
kandang dapat berfungsi dengan baik. Bentuk, ukuran, serta bahan konstruksi
yang digunakan hendaknya dipilih berdasarkan biaya yang tersedia, kemudahan
memperoleh bahan di pasaran, dan umur bangunan kandang yang dirancang.
Rancangan untuk desain struktural dibagi menjadi atap, tiang, lantai, pondasi.
·
Atap
Pemilihan bahan untuk atap ditentukan
dengan pertimbangan sifatnya terhadap radiasi matahari yang dapat mempengaruhi
suhu dan kelembaban di dalam kandang. Bahan penutup atap kandang direncanakan
menggunakan asbes semen bergelombang. Atap jenis ini dipilih karena daya
tahannya terhadap api, hujan, panas matahari, dan korosi yang baik. Penutup
atap asbes semen bergelombang yang digunakan berukuran 2,400 x 1,050 x 0.3 cm
untuk atap monitor bawah dan 2,100 x 1,050 x 0.3 cm untuk atap monitor atas. Kandang
yang direncanakan menggunakan atap monitor agar sirkulasi udara dapat berjalan
lancar. Udara panas akibat radiasi atap asbes pada siang hari dan udara berbau
busuk dapat keluar melalui celah atap monitor. Tinggi atap monitor kandang
puyuh adalah 1.2 m. Atap kandang dilengkapi dengan atap tirisan. Atap tirisan
ini berfungsi sebagai pencegah masuknya tetesan air hujan dan sinar matahari
secara langsung. Panjang atap tirisan yaitu 1 m dan diasumsikan cukup memadai
untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Pada bagian atap terdapat gordeng yang berfungsi
sebagai tempat penyangga atap sekaligus penahan beban atap tersebut.
·
Tiang Dan Lantai
Tiang yang mendukung atap bangunan
kandang puyuh ini menggunakan kayu kaso berukuran 4 x 6 cm. Tiang setinggi 1.5
m ini berjumlah 18 buah. Beban yang ditanggung oleh tiang meliputi berat atap,
gordeng, kuda-kuda, dan beban angin. Lantai yang digunakan merupakan lantai
plesteran dengan perbandingan semen dan pasir sebanyak 1 : 4. Sebelum
diplester, tanahnya dipadatkan terlebih dahulu agar kuat menahan beban. Lantai
jenis ini dipilih karena mudah dibersihkan dan praktis. Lantai jenis litter
tidak digunakan karena tidak sesuai dengan habitat puyuh itu sendiri.
·
Pondasi
Pondasi yaitu bagian dari konstruksi
bangunan yang berfungsi menerima beban yang terdapat di atasnya dan beban dari
pondasi itu sendiri. Beban tersebut akan diteruskan ke dalam tanah sehingga
bangunan tersebut dapat berdiri. Pondasi ini dibuat dengan kedalaman 65 cm,
lebar atas 25 cm, dan lebar bawah 70 cm. Pada bagian atas pondasi diberikan
sloof yang merupakan beton bertulang dengan ukuran 15 x 20 cm².
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ukuran kandang yang direncanakan sebesar 24 x 7.5 m,
berdinding terbuka dan beratap monitor. Penutup yang digunakan adalah asbes
gelombang dengan mempertimbangkan daya tahan terhadap api, korosi, hujan, dan
sinar matahari
yang
baik. Penutup atap ditopang oleh gordeng dengan panjang bentang 4 m dan jarak
antar gordeng 0.9 m. Kayu yang digunakan untuk gordeng berukuran 5 x 10 cm.
Kuda-kuda yang dirancang sebanyak 7 buah dengan jarak antar kuda-kuda 4m.
Ukuran kayu untuk kuda-kuda adalah 5 x 10 cm. Kuda-kuda ditopang rangka dinding
kaso 4 x 6 cm. Lantai kandang terbuat dari adukan semen dan pasir dengan
perbandingan 1 : 4. Bangunan ditahan oleh pondasi setempat yang berjumlah 18
buah dengan ukuran 65 x 70 x 70 cm. Pondasi dibuat dengan perbandingan 1 : 3 :
4. Antara satu pondasi dengan pondasi lain dihubungkan dengan pondasi sloof
ukuran 15 x 20 cm.
3.2 Saran
Perancangan
lanjutan masih perlu dilakukan untuk mengetahui posisi penempatan bangunan yang
sesuai dengan analisis tata letak bangunan (time and motoin study). Data iklim
yang diambil sebaiknya dalam kurun waktu 10 tahun untuk melihat perubahan
kondisi alam sehingga bisa disesuaikan dengan keadaan masa kini dan untuk
merencanakan masa datang. Lalu rancangan ini, masih perlu dievaluasi dengan
analisis ekonomi dan analisis usaha secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dyah,
Wahyuning. 2001. Beternak Burung Puyuh. Semarang : Aneka Ilmu.
Esmay,
Merle. E and John E. Dixon. 1986. Environment Control For Agricultural Buildings.
AVI Publishing Company.
Listyowati,
Elly. 2004. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Mukomoko,
J.A. 1977. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta : Kurnia Esa.
Priyatno,
Martono. 1999. Membuat Kandang Ayam. Jakarta : Penebar Swadaya Soegijanto. 1999.
Bangunan Di Indonesia Dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau.
Comments