BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pangan
merupakan salah satu kebutuhan pokok
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan
pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap
pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak
mengherankan jika semua negara baik Negara maju maupun berkembang
selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi.
Salah satunya dengan
melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan
pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yangakan
dikonsumsi. Seiring dengan kemajuan teknologi,
manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan dan
pengawetan bahan makanan.
Salah
satu kebutuhan pokok masyarakat yaitu daging. Daging didefinisikan sebagai
semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan
tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan ganguan kesehatan
bagi yang memakanyan. Komposisi kimia daging terdiri dari protein yang
kandunganya berfariasi antara 16-20%, lemak 1,5-13%, senyawa non protein
nitrogen 1,5%, senyawa organik 1,0%, dan air berfariasi antara 65-86%.
Salah
satu sifat daging dan produk hasil ternak yang lain adalah mudah mengalami
kerusakan. Daging mudah mengalami kerusakan akibat adanya aktivitas pada daging
atau produk daging, karena daging memenuhi persyaratan untuk perkembangan
mikroorganisme perusak, karena :
1) Daging
mempunyai kadar air yang tinggi (68-75%)
2) Kaya
akan zat yang mengandung nitrogen dengan kompleksitasnya yang berbeda-beda.
3) Mengaandung
sejumlah karbohidrat yang mudah difermentasikan.
4) Mempunyai
pH yang menguntungkan bagi sejumlah mikroorganisme (5,3-6,5)
Karena
daging sangat mudah mengalami kerusakan oleh adanya mikroorganisme perusak,
maka diperlukan adanya penanganan penyimpanan ataupun pengolahan yang sesuai.
Pada dasarnya proses penanganan tersebut hanya menghambat oktifitas
mikroorganisme perusak, sehingga hanya mampu mempertahankan kualitas daging
dalam waktu yang terbatas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah metode
pengawetan daging ini yaitu:
1.
Untuk
mengetahui
bagaiman teknik dan cara pengolahan dan pengawetan daging yang ideal sekaligus implementasinya
2.
Untuk mengetahui
berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pengolahan dan pengawetan
daging
3. untuk
mengetahui pengaruh metode pengawetan makanan terhadap kesehatan masyarakat
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antaralain:
1. Agar
mengetahui keamanan produk daging yang telah diawetkan.
2. Untuk
menjaga pola konsumnsi masyarakat terhadap produk olahan daging.
3. Agar
mampu membedakan produk yang aman dan yang tercemar oleh mikroorganisme
merugikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk penyimpanan dan pengawetan daging, yaitu:
2.1
Refrigerasi
Penyimpanan karkas atau
daging pada suhu dingin, meskipun dalam waktu yang singkat tetap diperlikan untuk
mengurangi kontaminasi atau untuk mengendalikan perkembangan mikroorganisme.
Kemungkinan kerusakan daging atau karkas selama penyimpanan pada suhu dingin
dapat diperkecil dengan cara penyimpanan karkas dalam bentuk dipotong-potong.
Temperature internal karkas
sesaat setelah pemotongan yang berkisar antara 30-39ºC, selama penyimpanan
dingin temperature internal tersebut segera diturunkan sampai 5ºC atau lebih
dingin lagi.faktor yang mempengaruhi laju pendinginan antara lain : panas
spesifik karkas atau kapasitas karkas, berat ukuran karkas, jumlah lemak
eksternal, temperatur udara lingkungan pendingin, jumlah karkas dalam ruangan pendingin
dan jarak antara karkas.
Kelembaban relatif di dalam
ruangan pendingin sebaiknya dijaga tetap tinggi (88-92%) untuk mencegah
pengerutan karkas yang berlebihan yang disebabkan oleh hilangnya cairan karkas
selama pendinginan. Kehilangan berat selama pendinginan secara relatif lebih
besar pada karkas yangmempunyai lapisan lemak eksternal lebih sedikit daripada
belahan karkas yang besar dan mempunyai lemak eksternal lebih banyak.
Pemendekan otot yang
terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat (lebih rendah dari 15ºC sampai
19ºC), sementara otot masih dalam kondisi prerigor dapat dihindarkan dengan
cara pendinginan daging secara cepat sampai kira-kira 15ºC dan dipertahankan di temperature ini hingga
tercapainya kondisi rigormotis. Kemudian temperatur ini dapat diturunkan
secepat mungkin pada temperatur dingin.
Penyimpanan daging dingin
sebaiknya dibatasi dalam waktu yang relatif singkat, karena perubahan-perubahan
kerusakan yang meningkat sesuai dengan lama waktu penyimpanan. Factor yang
mempengaruhi lama simpan daging dingin, antara lain adalah jumlah mikroba awal,
temperature dan kelembaban selama penyimpanan, ada tidaknya pelindung (lemak
atau kulit), ruang pendingin dan tipe produk yang disimpan.
2.2
Pembekuan
Beberapa persyaratan untuk
memperoleh hasil daging beku yang baik adalah:
1.
Daging segar harus berasal dari ternak yang
sehat
2.
Pengeluaran darah pada saat pemotongan harus
sesempurna mungkin
3.
Periode pelayuan harus dibatasi
4.
Karkas atau daging dibungkus mengunakan
material yang berkualitas baik
5.
Temperatur pembekuan setidak-tidaknya -18ºC
atau lebih rendah
Kualitas
daging beku dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1.
Lama waktu daging di dalam penyimpanan
dingin sebelum pembekuan
2.
Laju pembekuan
3.
Lama penyimpanan dingin
4.
Kondisi penyimpanan beku (temperatur, dan
kelembaban)
5.
Umur ternak
6.
pH daging
7.
kontaminasi dengan logam berat
8.
Jumlah mikroba awal
Pembekuan merupakan metode
yang sangat baik untuk pengawetan daging. Nilai nutrisi daging secara relatif
tidak mengalami perubahan selama pembekuan dan penyimpanan beku dalam jangka
waktu yang terbatas.
Laju pembekuan ada dua
macam, yaitu: pembekuan lambat dan pembekuan cepat. Waktu yang diperlukan untuk
melewati temperature 0ºC sampai -5ºC , biasanya dipergunakan sebagai petunjuk
kecepatan pembekuan. Beberapa metode pembekuan daging yang dapat digunakan
adalah : udara diam, pembekuan plat, pembekuan
cepat, pencelupan ke dalam cairan, atau pemercikan cairan pembeku dan
pembentukan kriogenik.
Perubahan karkas daging
beku sangat minimal pada temperature -18ºC, sehingga temperature tempat ini
dipergunakan sebagai dasar penyimpana beku. Pada temperatur ini daging beku
mulai menunjukkan perubahan kualitas, terutama flavor daging setelah
penyimpanan 4-6 bulan.
Pembekuan cepat pada daging
tanpa pengepak (permukaan daging tanpa proteksi) dapat mengakibatkan daging
seperti terbakar,daging berwarna keputih-putihan atau coklat kekuning-kuningan,
jernih yang disebut freezer burn atau
terbakar beku. Freezer burn disebabkan oleh sublimasi yaitu terbentuknya
lapisan kondensasi dari jaringan molecular di dekat permukaan daging, sehingga
mencegah akses air dari dalam dan meningkatkan desikasi permukaan.
Pada laju pembekuan yang
sangat cepat. Kristal es kecil-kecil terbentuk di dalam sel, sehingga struktur
daging tidak mengalami perubahan. Pada laju pembekuan yang lambat, Kristal es
mulai terjadi di luar serabut otot, karena tekanan osmotik akstraseluler lebih
kecil dari pada di dalam otot. Pembentukan es ekstraseluler berlangsung terus,
sehingga cairan ekstraseluler yang tersisa dan belum membeku akan meningkat
kekuatan fisiknya dan menarik air secara osmotik dari bagian dalam sel otot
yang sangat dingin. Air ini akan membeku pada Kristal es yang sudah terbentuk
sebelumnya dan menyebabkan Kristal es membesar. Kristal-kristal es yang
membesar ini menyebakan distorsi dan merusak serabut otot serta sarkolema.
Kekuetan ionik ekstraseluler yang tinggi, juga menyebabkan denaturasi sejumlah
protein otot. Denaturasi protein menyebabkan hilangnya daya ikat air daging ,
dan pada saat penyegaran kembali terjadi kegagalan serabut otot menyerap
kembali semua air yang mengalami translokasi atau keluar pada proses pembekuan.
Cairan inilah disebut drip.
Produk-produk daging yang bertulang
(bone in beef) seperti oxtail, short rib, atau
spare rib, akan lebih baik jika yang disajikan di counter penjualan
hanya sebagian kecil atau menurut kebutuhan saja, bila sudah menipis baru
ditambah dengan stok yang baru, sedangkan yang lain tetap disimpan dalam
penyimpanan beku. Hal ini bertujuan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme perusak karena ditengah bagian daging ini yaitu di tengah-tengah
tulang mengandung sumsum tulang yang sangat cocok bagi pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme perusak.
Penyegaran kembali daging beku disebut
thawing, yang dapat dilakukan dengan cara : udara dingin, air hangat, air pada
temperature kamar, pemanasan atau pemasakan langsung tanpa penyegaran kembali
dan udara terbuka.
2.3
Proses Termal
Perlakuan termal adalah metode yang
dipergunakan untuk membunuh mikroorganisme pembusuk dan mikroorganisme
toksigenik di dalam daging. Jumlah panas yang dipergunakan pada preservasi
daging ada dua macam, yaitu: pemanasan sedang atau moderat, temperatur produk
mencapai 58ºC sampai 75ºC dan pemanasan pada temperature tinggi, yang biasanya
lebih tinggi dari 100ºC.
Pemanasan moderat dikenal dengan
pasteurisasi, dimana pada proses ini akan bias memperpanjang masa simpan daging
tetapi tetap perlu disimpan pada suhu dingin (refrigerasi). Pemanasan tinggi di
atas 100ºC akan menghasilkan produk daging komersial, misalnya daging kaleng
yang steril dan stabil pada temperature ruang selama bertahun-tahun asalkan
produk tersebut tetap terkemes dengan baik.
Resistensi atau ketahanan sel dan spora
mikroorganisme terhadap panas berbeda diantara mikroorganisme. Pada umumnya
mikroorganisme lebih tahan terhadap pemanasan pada pH netral atau mendekati
netral disbanding pada kondisi asam atau basa yan dikombinasi dengan pamanasan.
Resistensi panas mikroorganisme pada umumnya dinyatakan sebagai “waktu kematian
termal” atau dikenal dengan thermal death time (TDT), yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh sejumlah sel dan spora tertentu pada kondisi spesifik tertentu (temperature, jumlah dan
tipe mikroorganisme, serta karakteristik medium pemanasan).
2.4
Iradiasi
Metode preservasi daging dengan radiasi
pada umumnya mengunakan radiasi megion terhadap produk. Radiasi megion adalah
radiasi yang mempunyai energi dan cukup untuk melepaskan electron dari atom
serta menghasilkan ion. Dampak praktek, tipe radiasi megion yang banyak
dipergunakan adalah sinar katoda energy tinggi(electron berkecepatan tinggi
yang dihasilkan oleh generator electron) atau sinarX yang dihasilkan oleh
electron yang mengenai target logam berat, dan sinar gamma dari sumber-sumber
radiokatik, misalnya Co .
Pengunaan radiasi mengion pada
prosesing daging mengalami kemunduran. Penyebabnya bukan karena destruksi
protein atau vitamin (relative kecil) atau penyimpangan bau dan flavor (sangat
serius pada dosis tinggi), tetapi karena kemungkinan produksi sejumlah kecil
senyawa kimiawi yang secara biologis adalah potensial dan toksik, misalnya
karsinogen dari sterol.
2.5
Preservasi Kimia
Bahan kimia yang dipergunakan untuk
preservasi daging mempumyai sifat antara lain :
1. Menghambat
atau mencegah perubahan kualitas daging selama penyimpanan terbatas
2. Memperpanjang
masa simpan
3. Sebagai
bahan pengawet
4. Menambah
nilai gizi, aroma dan rasa
5. Sebagai
pewarna
6. Pengatur
kelembaban
7. Pengatur
pH
Suatu preservatif untuk memperpanjang
masa simpan daging harus memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Tidak
mengubah flavor, bau atau warna dan tekstur bahan makanan
2. Aman
bagi konsumen pada konsentrasi efektif sebagai preservatif atau aman untuk
dikonsumsi selama masa simpan tertentu
3. Preservatif
harus mudah dikenal dan kadarnya dapat dideteksi secara pasti, serta harus
memenuhi kebutuhan yang diizinkan (legal)
4. Kualitas
bahan makanan harus tidak merugikan konsumen dan ekonomis
Berikut beberapa cara preservasi kimia
pada daging, yaitu :
v Pengasapan
Pengasapan adalah proses pengawetan
daging dengan cara memberikan asap pada daging dalam suhu dan jangka waktu
tertentu. Tujuan utama pengasapan adalah pengembangan citarasa, pengawetan,
pengembangan warna, membuat atau menciptakan produk baru, dan melindungi dari
oksidasi lemak.
Pengasapan dapat dikerjakan antara lain
dengan metode pengasapan panas, pengasapan dingin, dapat juga dengan campuran
dari kedua metode tersebut dan dengan metode elektrostatis smoking. Pengasapan
dilakukan selama 4-8 jam di dalam almari pengasap. Metode konvensional yang
bias dipakai untuk pengasapan daging yaitu pengasapan dalam ruang asap yang
disebut smoke house. Daging digantung
pada rak asap atau kayu dalam ruang asap dan daging tidak boleh saling
bersentuhan.
Proses pengasapan mempunyai beberapa
akibat antara lain pengaruh yang bersifat mengawetkan yang ditimbulkan oleh
penyimpanan/penimbunan di permukaan daging senyawa kimia seperti formaldehyde,
asetaldehide, aseton diasetil, methanol, etanol, asam-asam format dan asetat,
furfural dehida, resin, bahan lilin, dan banyak senyawa lainya.
Pengawetan juga bisa disebabkan oleh
pengeringan permukaan yang menguapkan kira-kira 3% dari kehilangan seluruh
berat pada produk-produk yang diasap panas. Pengaruh bahan antioksidan juga
dihasilkan oleh pemasukan senyawa-senyawa fenol ke dalam produk dan pada
permukaan bahan yang diasap, bahan-bahan ini menyebabkan ketahanan simpanyang
lebih lama, dan memberikan cita rasa yang khas pada produk-produk tradisional.
Komposisi asap dipengaruhi oleh
berbagai factor, misalnya suhu pemanasan atau pembakaran yang digunakan, tipe
alat pembuat asap, metode pembuatan asap, jenis kayu dan jenis asap. Lebih dari
200 macam komponen asap telah diisolasi
dari kayu. Komponen-komponen yang memegang peran penting dalam proses pengasapan
adalah komponen karbonil, asam-asam organic, alcohol, beberapa gas
(karbondioksida, karbonmonoksida, oksigen, nitrogen, nitrogenoksida), dan
hidrokarbon, dan termasuk zat-zat senyawa turunan bebzen. Senyawa-senyawa
turunan benzene lebih banyak bersifat toksit dan karsinogenik, dimana residunya
dalam jangka waktu lama akan menyebabkan anemia dan leukemia. Batas penerimaan
senyawa benzen dalam tubuh manusia tidak lebih dari 10 ppm.
v Curing
Curing adalah cara prosesing dengan
menambahkan beberapa bahan seperti garam NaCl, Na-nitrit, atau Na-nitrat, dan
gula (dektrosa atau sukrosa,) serta bumbu-bumbu. Tujuan curing antara lain :
adalah untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang
baik dan untuk mengurangipengerutan daging selama prosesing serta memperpanjang
masa simoan produk daging. Produk daging yang dihasilkan dari proses curring
disebut daging cured (daging peram).
Penetrasi larutan garam ke dalam daging
selama curing dipengaruhi oleh factor :
1. Konsentrasi
garam dalam larutan dan lamanya waktu kontak dengan daging
2. Struktur
mikroskopis otot
3. Temperature
Pengawasan sebelum penyembelihan
ditujukan untuk memperoleh pH akhir yang rendah yang merupakan aspek yang
penting bagi semua pengolahan daging secara pengaraman, karena pH 5,8 atau
lebih rendah dibutuhkan untuk :
1. Menghasilkan
struktur terbuka dalam urat daging yang
meningkatkan penyerapan garam ke dalam jaringan secara lebih cepat dan sempurna
2. Membantu
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme baik pada permukaan dan di dalam jaringan
dimana bakteri pencemar anaerobik hanya tumbuh secara perlahan pada pH di bawah
5,6
3. Membantu
mempertahankan warna merah muda yang diinginkan yang dapat dicapai dengan baik
bila pH daging dibuat 5,8 atau lebih rendah.
Konsentrasi garam lebih dari 6 % pada
fase cair akan dapat menghambat bakteri Achromobacter
dan Pseodomonas yang merupakan
baktri perusak pada daging. Namun demikian banyak bakteri yang tahan garam dan
dapat tumbuh sampai pada konsentrasi garam mendekati jenuh. Dengan demikian
konsentrasi garam pada tingkat 6-10% pada fase cair, dapat menghambat bakteri
proteolitik, tetapi masih memungkinkan tumbuhnya flora yang tahan garam. Pada
proses pengasinan tradisional, flora yang tahan garam ini dibiarkan berkembang
di dalam garam pengasin untuk menekan perubahan nitrat menjadi nitrit, yang
penting untuk menekan perkembangan organisme perusak.
Pengasinan daging dapat dilakukan
dengan bermacam-macam prosedur, pada dasarnya dibedakan menjadi pengasinan
kering dan pengasinan basah.
Prosedur pengasinan kering yaitu :
1. Kantung
babu dari bagian karkas diisi dengan garam dan sisinya disikat dengan air garam
yang mengandung NaCl 26%, KNO3 5%, NaNO 0,1% dan sukrosa 0,5-1,0%
2. Bagian
sisis ditumpuk 8-10 tumpukan, dan masing-masing sisi diperciki sedikit NaNO2
kemudian tumpukan ditutupi dengan garam dalam suatu wadah terbuka yang sesuai.
Perbandingan NaCl dan KNO3 adalah 40:1
3. Bagian
sisi-sisi, dibiarkan dalam timbunan selama 5-10 hari. Selama penyimpanan, akan
terbentuk air garam di sekitar tulang-tulang rusuk
4. Timbunan
kemudian dipecah dan ditimbun kembali, selama 12 hari
5. Daging
kemudia diambil, dicuci bagian luarnya dan siap untuk di asap
Prosedur
pengasinan basah :
1. Bagian
sisi daging ditimbun sebanyak 10-12 timbunan ke dalam tangki yang terbuat dari
beton berparafin atau kayu tertutup. Perbandingan daging dengan air garam 1:1
2. Selama
penimbunan tiap sisi dipercika dengan garam dan nitrat dengan perbandingan 10:1
dengan mengunakan 100 gr campuran untuk setiap sisi.
3. Sisi
daging kemudian ditekan kebawah, kemudian ditutup selama 10-20 hari dengan
bahan pengasin yang terdiri atas NaCl 26%, KNO3 2-4%, dan NaNo2 0,1%. Bahan
pengasin ini membantu tumbuhnya mikroflora tahan garam yang mereduksi nitrat
menjadi nitrit dan komposisinya dibatasi sebagai : SG (Spesifik Gravity = berat
jenis) 1,18-1,20 , NaCl 24%, KN03 1,5%, NaNO2 0,3%. Volume bahan pengasin bertambah
5% pada setiap kali pemakaian karena adanya penarikan air secara osmose dari
sisi-sisi tersebut. Pengendalian organisme anaerobik dapat dicapai dengan
pengunaan kembali bahan pengasin setelah disaring melalui pipa penyemprot
(spray nozzle).
v Karbondioksida
Karbondioksida dapat dipergunakan
sebagai bahan preservative untuk daging dan produk olahan daging karena
mempunyai pengaruh bakteriostatik dan fungiostatik. CO2 menghambat pertumbuhan
sejumlah bakteri aerobik, ragi dan jamur. Bakteri fakultatif dapat atau tidak
dihambat oleh CO2, sedangkan bakteri asam laktat dan bakteri anaerobik tidak
dipengaruhi oleh CO2. CO2 dapat memperpanjang masa simpan daging unggas pada
temperature refrigerasi. Konsentrasi yang dapat dipergunakan adalah 25%.
Konsentrasi CO2 yang lebih tinggi dapat memyebabkan diskolorisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan ada 5 metode yang dapat digunakan
untuk menyimpan daging, diantaranya :
1. Refrigerasi,
yaitu penyimpanan daging pada suhu dingin yaitu 5ºC atau dibawahnya
2. Pembekuan
, yaitu daging dibekukan pada suhu -18ºC atau lebih rendah
3. Metode
termal, adalah metode yang dipergunakan untuk membunuh mikroorganisme pembusuk
dan mikroorganisme toksigenik di dalam daging dengan cara pemanasan yang
tinggi.
4. Iradiasi,
radiasi pada umumnya mengunakan radiasi megion terhadap produk. Radiasi megion
adalah radiasi yang mempunyai energi dan cukup untuk melepaskan electron dari
atom serta menghasilkan ion.
5. Preservasi
Kimia, diantaranya : pengasapan, curing, dan karbondioksida.
3.2
Saran
daging merupakan produk yang mudah
terkontaminasi oleh bakteri. Untuk itu, pengawetan sangat dianjurkan agar
meminimalkan perkembangan mikroorganisme perusak dan pathogen. Untuk memilih
daging di pasaran, kita harus mengetahui perlakuan pengawatan daging tersebut
agar masyarakat terhindar dari penyakit yang ditularkan oleh daging tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Bahar B.2003.Panduan
Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Gramedia Pustaka Utama:Jakaarta
Naruki, S., dan Kanoni,
S.1992. Kimia dan teknologi Pengolahan Hasil Hewan. PAU Pangan dan Gizi UGM.
yogyakarta
Soeparno.1992.Ilmu dan
Teknologi Daging.UGM press.Yogyakarta
Supardi I, dan
Sukamto.1999.Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.Alumni. Bandung
Comments