A. Pengertian Umum
Metabolisme adalah segala proses reaksi
kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang
sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai
mkhluk yang susunan tubuhnya kompleks seperti manuasia. Di dalam proses ini,
makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya
untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme)
dan proses penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel
hidup.. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang
penting dalam metabolisme adalah peranannya dalam penawaracunan atau
detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi
senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh.
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme
dalam beberapa hal:
·
Anabolisme
merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul kimia yang lebih
besar, sedangkan katabolisme merupakan proses penguraian molekul besar menjadi
molekul kecil
·
Anabolisme
merupakan proses membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi
·
Anabolisme
merupakan reaksi reduksi, katabolisme merupakan reaksi oksidasi
·
Hasil
akhir anabolisme adalah senyawa pemula untuk proses katabolisme.
B. Fotosintesis
Pada hakekatnya, semua kehidupan di atas
bumi ini tergantung langsung dari adanya proses asimilasi CO menjadi senyawa kimia organik dengan energi
yang didapat dari sinar matahari. Dalam proses ini energi sinar matahari
(energi foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia dengan proses yang
disebut fotosintesis. Proses ini berlangsung didalam sel pada tumbuhan
tinggi, tumbuhan pakis, lumut, ganggang (ganggang hijau, biru, merah dan
coklat) dan berbagai jasad renik
(protozoa golongan euglena, bakteri belerang ungu, dan bakteri belerang biru).
Energi matahari yang ditangkap pada proses
fotosintesis merupakan lebih dari 90% sumber energi yang dipakai oleh manusia
untuk pemanasan, cahaya dan tenaga. Gambar 1 berikut ini menunjukkan sebaran pemakaian energi matahari oleh
bumi dan atmosfer.
|
|
Gambar 2. Penggunaan energi matahari oleh klorofil tanaman
Keseluruhan proses fotosintesis yang
melibatkan berbagai macam enzim dituliskan dengan persamaan reksi:
6 CO + 6 HO
CHO + 6 O
Dalam bakteri berfotosintesis
sebagai pengganti HO dipakai zat pereduksi yang lebih kuat seperti H, HS, HR (R adalh gugus organik ). Persamaan reaksinya adalah :
2 CO+ 2 HR
2 CHO + O + 2 R
Proses fotosintesis pada tumbuhan
tinggi dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama energi matahari ditangkap oleh
pigmen penyerap cahaya dan diubah menjadi bentuk energi kimia, ATP dan senyawa
reduksi, NADPH. Proses ini disebut reaksi terang. Atom hydrogen dari
molekul HO dipakai untuk mereduksi NADP menjadi NADPH, dan O dilepaskan sebagai hasil samping
reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi endergonik
pembentukan ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian tahap reaksi terang dapat
dituliskan dengan persamaan:
HO + NADP + ADP + Pi O+ H + NADPH + ATP
Energi
matahari
Dalam hal ini pembentukan ATP dari
ADP + Pi merupakan suatu mekanisme penyimpanan energi matahari yang diserap
kemudian diubah menjadi bentuk energi kimia. Proses ini disebut fotofosforilasi.
Tahap kedua disebut tahap reaksi gelap. Dalam hal ini senyawa kimia
berenergi tinggi NADPH dan ATP yang dihasilkan dalam tahap pertama (reaksi
gelap) dipakai untuk proses reaksi reduksi CO menjadi glukosa dengan persamaan:
CO + NADPH + H + ATP glukosa + NADP + ADP + Pi
1. Tahap Reaksi Terang Cahaya
Reaksi terang cahaya dalam proses
pebebasan energi matahari oleh klorofil dimana dilepaskan molekul O, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem I
mempunyai kemampuan penyerapan energi matahari dengan panjang gelombang di
sekitar 700nm dan tidak melibatkan proses
pelepasan O,. bagian kedua yang menyangkut penyerapan energi matahari
pada panjang gelombang di sekitar 680 nm, disebut fotosistem II, melibatkan
proses pembentukan O dan HO.
Fotosistem I merupakan suatu
partikel yang disusun oleh sekitar 200 molekul klorofil-a, 50 klorofil-b,
50-200 pigmen karotenoid dan satu molekul penerima energi matahari yang disebut
protein P700. Energi matahari (foton) yang ditangkap oleh pigmen
pelengkap dipindahkan melelui beberapa molekul pigmen, disebut proses
perpindahan eksiton, yang akhirnya diterima oleh P700. Akibatnya P700
melepaskan elektron yang berenergi tinggi. Proses penangkapan foton dan
perpindahan eksiton di dalam fotosistem ini berlangsung dengan sangat cepat dan
di pengaruhi oleh suhu. Dengan mekanisme yang sama, proses penangkapan foton
dan pemindahan eksiton terjadi pula pada fotosistem II yaitu pada panjang
gelombang 680.
Partikel fotosistem I dan II terdapat
dalam membrane kantong tilakoid secara terpisah.
2. Pengangkutan Elektron dan
Fotofosforilasi
Fotosistem I dan II merupakan
komponen penyalur energi dalam rantai pengangkutan elektron fotosintesis secara
kontinyu, dari molekul air sebagai donor elektron ke NADP sebagai aseptor elektron.
Perbedaan
antara pengangkutan elektron dalam fotosintesis dan pengangkutan elektron
pernafasan adalah:
1. Pada yang pertama, elektron mengalir
dari molekol HO ke NADP, sedangkan pada yang kedua arah aliran elektron adalah dari NADP ke HO
2. Pada yang pertama terdapat dua
system pigmen, fotosistem I dan II yang berperan sebagai pendorong untuk
mengalirkan elektron dengan bantuan energi matahari dari HO ke NADP
3.
Pada yang pertama dihasilkan O sedangkan pada yang ke dua memerlukan O
Persamaannya ialah kedua rantai
pengangkutan elektron tersebut menghasilkan energi ATP dan melibatkan sederetan
molekul pembawa elektron.
Pengangkutan elektron dalam fotosintesis
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendek dari HO ke fotosistem II, bagian dari
fotosistem II ke fotosistem
I yang dirangkaikan dengan pembentukan ATP
dari ADP + Pi, dan bagian dari fotosistem I ke NADPyang menghasilkan NADPH seperti pada
gambar 3.
|
Gambar 3. Diagram energi pengangkutan elektron dalam fotosintesis
Gambar 3. Hubungan
energi dan pengengkutan elektron dalam
fotosintesis
Penyerapan foton oleh molekul pigmen
fotosintesis I menyebabkan tereksitasinya molekul tersebut, menghasilkan
eksiton berenergi tinggi yang kemudian ditangkap oleh molekul P 700. Akibatnya
P 700 melepaskan elektron dan memindahkannya ke molekul penerima elektron
pertama P 430. selanjutnya elektron dialirkan melalui deretan molekul pembawa elektron
sampai ke NADP menyebabkan tereduksinya NADP menjadi NADPH. Dalam proses ini diperlukan dua
elektron untuk mereduksi satu molekul NADP. Lepasnya satu elektron dari P700 mengakibatkan berubahnya molekul ini
menjadi bentuk teroksidasinya, P700 yang kekurangan satu elektron.
Dengan kata lain terjadinya satu lubang elektron pada P700. Untuk mengisi
lubang ini, satu elektron dialirkan melalui sederetan molekul pembawa elektron,
dari molekul P680 dalam fotosistem II. Dalam hal ini pengaliran elektron hanya
terjadi setelah terlebih dulu terjadi penyinaran terhadap fotosistem II, yaitu
tereksitasinya P680 yang segera melepaskan elektron ke molekul penerima
elektron pertamanya, C550. Ini mengakibatkan teroksidasinya bentuk P680. Kekurangan elektron pada P680 dipenuhi dari reaksi oksidasi oksidasi molekul
HO menjadi O. Proses pengangkutan elektron dari HO ke NADP yang didorong oleh energi matahari ini disebut
pengangkutan non siklik (tak mendaur dalam elektron fotosintesis). Dalam
hal ini satu molekul HO melepaskan dua elektron yang diperlukan untuk mereduksi satu molekul NADP menajdi NADPH, dirangkaikan dengan pembentuka
ATP dari ADP + pi, disebut proses fotofosforilasi.
Persamaan reaksinya adalah:
|
Energi matahari
Energi pada proses
pengangkutan elektron dalam fotosintesis dari HO ke NADP. Elektron yang telah tereksitasi di fotosistem II selanjutnya dialirkan ke
fotosistem I melalui molekul penerima elektron; sitokrom 559 (sitokrom b= cyt. b), plastoquinon (PQ), sitokrom 553 (sitokrom f = cyt.f), plastosianin(PC)
dan molekul P700di fotosistem I. pengankutan elektron dari PQ ke cyt.f
dirangkaikan dengan pembentukan ATP dari ADP+Pi. Sementara itu elektron yang
telah tereksitasi difotosistem I, dialirkan berturut-turut ke molekul substrat
feredoksin, feredoksin, feredoksin reduktase, dan akhirnya ke NADP dimana molekul ini tereduksi menjadi
NADPH.
Dalam keadaan tertentu, elektron yang
tereksitasi di fotosistem I tidak dialirkan ke NADP, tetapi kembali ke P700 melalui molekul penerima elektron lainnya,
sitokrom 564 (cyt.b) yang selanjutnya melalui cyt. b dialirkan ke P700 di fotosistem I.
mekanisme pengangkutan elektron ini disebut pengangkutan elektron mendaur
dalam fotosintesis, sedangkan pengangkutan elektron dari HO ke NADP melalui fotosistem I dan fotosistem
II, disebut pengangkutan elektron tak mendaur dalam fotosintesis.
3. Tahap Reaksi Gelap Cahaya: Daur Calvin
Dalam
tahap reaksi gelap cahaya ini, energi yang dihasilkan (NADPH dan ATP) dalam tahap
reaksi terang cahaya selanjutnya dipakai dalam reaksi sintesis glukosa dari CO, untuk kemudian dipakai dalam reaksi pembentukan senyawa pati, selulosa,
dan polisakarida lainnya sebagai hasil akhir proses fotosintesis dalam
tumbuhan.
Jalur
metabolisme reaksi pembentukan glukosa dari CO ini merupakan suatu jalur
metabolisme mendaur yang pertama kali diusulkan oleh M.Calvin, disebut daur
Calvin. Dalam tahap reaksi pertamanya 6 molekul CO dari udara bereaksi dengan 6 molekul
ribulosa 1,5-difosfat, dikatalis oleh enzim ribulosa difosfat karboksilase,
menghasilkan 2 molekul 3-fosfogliserat melalui pembentukan senyawa antara,
2-karboksi 3-ketoribitol 1,5-difosfat.
Ribulosa 1,5 difosfat 2-karboksi 3-ketoribitol
1,5-difosfat 3-fosfogliserat
Pada tahap reaksi kedua,
12 molekul 3-fosfogliserat diubah menjadi 12 molekul gliseral dehida 3-fosfat
melalui pembentukan 1,3-difosfogliserat, dikatalis oleh enzim fosfogliserat
kinase dan gliseraldehidafosfat dehidrogenase, serta menggunakan 12 ATP dan 12
NADPH.
ATP ADP NADPH + H NADP
|
|
Tahap reaksi ketiga , 12 gliseraldehida 3-P diubah menjadi 3 molekul
fruktosa 6-P dengan melalui pembentukan senyawa dihidroksi aseton fosfat dan
fruktosa 1,6 difosfat.
|
Gambar 4.
Daur Calvin: Jalur mendaur metabolisme penambatan CO
Reaksi tahap gelap cahaya pada proses fotosintesis.
Gambar 4. diatas menunjukkan ringkasan keseluruhan jalur metabolisme daur
Calvin. Dalam daur ini yang sangat menonjol adalah tahap reaksi penambatan CO, reaksi yang menggunakan energi NADPH dan
ATP dan reaksi yang menghasilkan glukosa
sebagai hasil akhir.
Dalam reaksi penambatan CO2, ternyata dibutuhkan tiga molekul
ATP dan dua molekul NADPH untukm mereduksi satu molekul CO. Energi matahari yang ditangkap oleh foto
sistem I dan foto sistem II dalam fase terang cahaya diubah menjadi energi
kimia NADPH dan ATP. Kedua macam energi ini kemudian dipakai untuk menjalankan
daur Calvin dengan mendorong tahap reaksi pembentukan gliseraldehida 3-fosfat
dan ribosa 1,5-difosfat serta pelepasan dlukosa dari daur.
C. Metabolisme Karbohidrat
Pada metabolisme karbohidrat pada manusia
dan hewan secara umum, setelah melalui dinding usus halus sebagian besar
monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida
mengalami sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO dan HO atau dilepaskan untuk dibawa dengan
aliran darah kebagian tubuh yang memerlukannya sebagaimana digambarkan pada
Gambar 5.
HATI
|
DARAH
|
OTOT
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
glikogen
fruktosa
galaktosa
glukosa
ATP
piruvat
lipida CO+ HO
sterol
kolsterol
|
fruktosa
galaktosa
glukosa
ATP
piruvat
laktat
|
glikogen
glukosa
ATP
piruvat
laktat
ATP
CO+ HO
|
Gambar 5. Gambaran Umum
Metabolisme Karbohidrat: Hubungan antara hati, darah dan otot.
Sebagian lain monosakarida dibawa langsung
ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.
Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas, maka hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glkosa
dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik. Sebaliknya
bila kadar glukosa menurun, misalnya akibat latihan olahraga, glikogern
diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya
mengalami proses katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia,
ATP) yang dibutuhkan oleh kegiatan olahraga tersebut
Kadar glukosa dalam
darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar
normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 ml. Keadaan dimana kadar glukosa
berada di bawah 70mg/100ml disebut hipoglisemia, sedangkan diatas
90mg/100ml disebut hiperglisemia. Hipoglisemia yang ekstrem dapat
menghasilkan suatu rentetan reaksi goncangan yang ditunjukkan oleh gejala
gemetarnya otot, perasaan lemah badan dan pucatnya warna kulit. Hipoglisemia
yang serius dapat menyebabkan kehilangan kesadaran sebagai akibat kekurangan
glukosa dalam otak yang diperlukan untuk pembentukan energi, sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kadar glukosa yang tinggi merangsang
pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak dan kolesterol dari
glukosa. Kadar glukosa antara 140 dan 170 mg/100 ml disebut kadar ambang
ginjal, karena pada kadar ini glukosa diekskresi dalam kemih melalui
ginjal. Gejala ini disebut glukosuria yaitu keadaan ketidakmampuan ginjal untuk
menyerap kembali glukosa yang telah mengalami filtrasi melalui sel tubuh.
Kadar glukosa dalam darah diatur oleh
beberapa hormon. Insulin dihasilkan oleh
kelenjar pankreas menurunkan kadar glukosa dengan menaikkan pembentukan
glikogen dari glukosa. Adrenalin (epineprin) yang juga dihasilkan oleh
pankreas, dan glukagon berperan dalam menaikkan kadar glukosa dalam darah.
Semua faktor ini bekerjasama secara terkoordinasi mempertahankan kadar glukosa
tetap normal untuk menunjang berlangsungnya proses metabolisme secara optimum.
1. Biosintesis dan Perombakan Glikogen
Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat
merupakan senyawa antara dalam proses glikogenesis atau pembentukan
glikogen dari glukosa. Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa
yang disebut glikogenolisis juga melibatkan terjadinya kedua senyawa
antara tersebut tetapi dengan jalur yang berbeda seperti digambarkan pada
Gambar 6. Senyawa antara UDP-glukosa
(Glukosa Uridin Difosfat) terjadi pada jalur pembentukan tetapi tidak pada
jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim yang berperan dalam kedua jalur
tersebut juga berbeda.
glikogen
UDP
Pi
E
E
UDP-glukosa
glukosa 1-fosfat
E
PPi UTP E
glukosa 6-fosfat
ADP
E
E
ATP glukosa Pi
Gambar
6. Jalan reaksi glikogenesis dan glikogenolisis. UTP = Uridin Tripospat, ADP =
Adenosin Dipospat, (P) = gugus pospat anorganik. UDP-glukosa = Uridin dipospat
glukosa. Enzim: E= fosforilase, E= fosfoglukomutase, E= fosfatase, E= glukokinase, E = pirofosforilase, E= glikogen sintetase. PPi = asam
piropospat.
2. Glikogenesis
Gugus fosfat dan energi yang diperlukan
dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat dsari glukosa diberikan oleh ATP yang
berperan sebagai senyawa kimia berenergi tinggi. Sedang enzim yang
mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase,
glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.
ATP ADP
Glukosa
glukosa 6-fosfat
heksokinase
fosfoglukomutase
Uridin difosfat UTP uridil transferase
glukosa (UDPG)
Glukosa 1-fosfat
PPi UTP
Gambar 7. Glikogenesis:
pembentukan uridin difosfat glukosa (UDPG) dari glukosa, melalui pembentukan
glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat.
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin
tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa 1-fosfat uridil transferase
menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa)dan pirofosfat (PPi).
Mekanisme reaksi glikogenesis juga
merupakan jalur metabolisme umum untuk biosintesis disakarida dan polisakarida.
Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan
dari glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut. Dalam hal ini
UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa fosfat
sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa
fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.
3. Glikogenolisis
Tahap pertama penguraian glikogen adalah
pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen,
reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang
sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
Glikogen, (glukosa)
Pi
glikogen fosforilase
Glukosa 1-fosfat + Glikogen, (glukosa)
fosfoglukomutase
Glukosa 6-fosfat
Gambar 11. Glikogenolisis: penguraian
glikogen menghasilkan glukosa 6-fosfat.
Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan
glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan
glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus
fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP
dan fosfat.
Glukosa 6-fosfat
glukosa + asam fosfat
4. Glikololisis:
Proses penguraian karbohidrat menjadi
piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-Meyergoff dan sering
diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses ini terjadi
dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian
karbohidrat menjadi laktat melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
Proses
penguraian glukosa menjadi CO dan air seperti juga semua proses oksidasi.
Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690
kilo-kalori (kkal).
glukosa + 6 O 6 CO+ 6 HO + 690 kkal
Jumlah
energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat
disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam
proses penguraian tersebut.
|
Dengan adanya oksigen (dalam suasana
aerob), glikolisis menghasilkan piruvat, atau tanpa oksigen (glikolisis
anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa karbohidrat
beratom tiga dari satu senyawa beratom enam; pada proses ini terjadi sintesis
ATP dari ADP + Pi. Gambar 13
me-nunjukkan proses glikolisis secara keselurhan.
Glikogen
Uridin difosfat glukosa
Glukosa – 1 - P
Glukosa
Glukosa – 6 – P
Fruktosa – 6 – p
Fruktosa – 1,6 – di P
Gliseraldehida – 3 – P
dihidroksiaseton fosfat
1,3 – d- - P – gliserat
3 – P – gliserat
2 – 2 P – gliserat
fosfoenol piruvat
|
||||
piruvat
Gambar 13. Glikolisis ( )
dan glikogenesis ( ) secara keseluruhan. Glukogenesis:
pembentukan glukosa dari piruvat.
Seperti halnya reaksi dengan glukokinase
(reaksi tahap pertama) dan fosfofruktokinase (reaksi tahap ketiga), reaksi
dengan piruvat kinase ini juga merupakan reaksi yang tidak reversibel, sehingga
merupakan salah satu tahap reaksi pendorong glikolisis.
|
|
|
|
|||||
fosfoenol
piruvat
|
|
|
|
|||||
|
|
Malat
sitoplasma
sitoplasma
Gambar 14. Perubahan piruvat menjadi fosfoenol
piruvat dengan bantuan mitokondrion.
Reaksi kebalikannya yang merupakan reaksi
tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi yang kompleksyang
melibatkan beberapa enzim dan organel sel yaitu mitokondrion, yang
diperlukan untuk terlebih dahulu mengubah piruvat menjadi malat sebelum
terbentuknya fosfoenol piruvat. Pada jalan metabolisme in, piruvat diangkut
kedalam mitokondria dengan cara pengangkutan aktif melalui membran
mitokondrion. Selanjutnya piruvat bereaksi dengan CO menghasilkan asam oksalasetat. Reaksi ini
dikatalis oleh piruvat karboksilase (enzim yang terdapat pada mitokondria
tetapi tidak terdapat pada sitoplasma), dan memerlukan koenzim biotin dan
kofaktor ion maggan, serta ATP sebagai sumber energi. Dalam mekanisme
reaksinya, biotin (sebagai gugus biotinil) yang terikat pada gugus lisina dari
piruvat karboksilase, menarik COatau HCO dalam mitokondrion kemudian mengkondensasikan
dengan asam piruvat ( dengan bantuan ATP dan Mn) menghasilkan asam oksalasetat. Asam
oksalasetat kemudian direduksi menjadi asam malat oleh NADH dan dikatalis malat
dehidrogenase. Asam malat diangkut keluar mitokondria dengan cara pengangkutan
aktif melalui membran mitokondrion yang kemudian dioksidasi kembali menjadi
asam oksalasetat oleh NAD
dan malat dehidrogenase yang terdapat dalam sitoplasma. Akhirnya
oksalasetat dikarboksilasi dengan CO dan difosforilasi dengan gugus fosfat dari GTP
(guanosin trifosfat, sebagai sumber energi yang khas disamping ATP) dan
dikatalis oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Dengan demikian untuk mengubah satu molekul piruvat menjadi fosfoenolpiruvat
diperlukan energi sebanyak satu ATP plus satu GTP dan melibatkan paling sedikit
empat macam enzim. Dibandingkan dengan reaksi kebalikannya, yaitu perubahan sat
molekul fosfoenol piruvat menjadi piruvat, dihasilkan satu ATP dan melibatkan
satu macam enzim saja.
|
|
Malat
dehidrogenase
sitoplasma
Gambar 15. Perubahan
dari fosfoenolpiruvat ke piruvat diluar mitokondrion dan dari piruvat ke
fosfoenol piruvat dengan melibatkan mitokondrion
.
Dilihat dari keseluruhan, glikolisis
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi tahap reaksi enzim yang
memerlukan ATP, yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai dengan pembentukan
fruktosa 6-fosfat., yang menggunaka dua molekul ATP tiap satu molekul glukosa
yang dioksidasi. Bagian kedua meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energi
(ATP dan NADH) yaitu dari gliseraldehide 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari
bagian kedua ini dihasilkan dua molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap
molekul glukosa yang dioksidasi (atau untuk dua molekul gliseraldehid 3-fosfat
yang dioksidasi). Karena satu molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan
elektron dapat menghasilkan tiga molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua
ini menghasilkan 10 molekul ATP. Dengan demikian, keseluruhan proses glikolisis
menghasilkan 10-2 = 8 molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi.
Sebaliknya, untuk
mensintesis satu molekul glukosa dari dua molekul piruvat dalam proses
glukoneogenesis diperlukan
energi dari 4 molekul ATP, 2 GTP (sebanding dengan 2 ATP) dan 2 NADH (= 6 ATP)
atau sebanding dengan 12 molekul ATP.
5. Glikolisis Anaerob
Dalam keadaan tanpa oksigen respirasi
terhenti karena proses pengangkutan elektron yang dirangkaikan dengan
fosforilasi bersifat oksidasi melalui rantai pernafasan yang menggunakan
molekul oksigen sebagai penerima elektron terakhir, tidak berjalan. Akibatnya jalan
metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs) akan terhenti pula
sehingga piruvat tidak lagi masuk kedalam daur Krebs melainkan dialihkan
pemakaiannya yaitu diubah menjadi asam laktat oleh laktat dehidrogenase dengan
NADH sebagai sumber energinya.
NADH NAD
Piruvat
laktat
Laktat
dehidrogenase
Gambar 16. Reaksi
perubahan piruvat ke laktat dalam proses fermentasi asam laktat
Dalam hal ini, dua molekul NADH yang
dihasilkan oleh reaksi tahap kelima dalam glikolisis (reaksi dengan
gliseraldehida 3-fosfat dehodrogenase) tidak dipakai untuk membentuk ATP
melainkan digunakan untuk reaksi reduksi 2 molekulasam piruvat menjadi asam
laktat. Jadi paad glikolisis anaerob energi yang dihasilkannya hanya 2 molekul
ATP saja (Gambar 17). Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
energi yang dihasilkan oleh glikolisis aerob yaitu 8 ATP.
|
.
6.
Fermentasi Alkohol
Dalam
beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan
COdalam proses yang disebut fermentasi
alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan
terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan
asam piruvat menjadi asetaldehida, dan reaksi reduksi asetaldehida menjadi
alkohol. Dalam reaksi yang pertama
piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehida dan COoleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang
tidak terdapat pada hewan.
Gambar 18. Fermentasi
alkohol: reaksi pembentukan asetaldehida dari piruvat dengan enzim Piruvat
dekarboksilase.
Reaksi dekarboksilase ini merupakan reaksi
yang tak reversibel, membutuhkan ion Mg dan koenzim tiamin pirofosfat. Reaksi
berlangsung melalui beberapa senyawa antara yang teriakt secara kovalen pada
koenzim.
Dalam reaksi yang terakhir dibawah ini,
asetaldehid direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehodrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO merupakan hasil akhir fermentasi alkohol dan
jumlah energi yang dihasilkannya sama dengan glikolisis anaerob. Yaitu 2 ATP.
Gambar 19. Fermentasi alkohol: reaksi hidrogenasi
asetaldehida menghasilkan etanol.
7. Perubahan Piruvat Menjadi Asetilkoezim
– A
Reaksi
oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap
reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks
piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim
(piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil
dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, flavin
adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenin dinukleotida) dan berlangsung dalam
lima tahap reaksi. Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆
G = - 80 kkal per mol.
Piruvat + NAD + koenzim A asetil ko-A + NADh
+ CO
Reaksi
ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi
pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat
sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil
yang terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat. Pada tahap reaksi
kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan
dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini
gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara
enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada
koenzim-A). Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang
terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD
(flavin adenin dinukleotida). Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH (bentuk reduksi dari
FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD (nikotinamid adenin
dinukleotida) manjadi FAD, sedangkan NAD berubah menjadi NADH
(bentuk reduksi dari NAD).
8. Pengaturan Dekarboksilasi Piruvat
Telah
diketahui bahwa di samping mengandung tiga macam enzim tersebut di ats,
kompleks enzim piruvat dehidrogenase juga mempunyai dua macam enzim yang
terdapat dalam sub unit pengaturnya, yaitu piruvat dehidrogenase kinase dan
piruvat dehidrogenase fosfatase. Kedua enzim ini berperan dalam mengatur laju
reaksi dekarboksilasi piruvat dengan cara mengendalikan kegiatan subunit
katalitiknya pada kompleks enzim piruvat dehidrogenase itu sendiri.
Pengaturan
kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase berlangsung sebagai berikut:
Piruvat +
ko-A asetil ko-A
+ CO
|
|||
|
|
|
|
|
Gambar 20. Mekanisme
pengaturan kegiatan enzim kompleks piruvat
dehidrogenase.
Bila
jumlah ATP yang dihasilkan oleh daur krebas dan fosforilasi bersifat oksidasi
terlalu banyak, keseimbangan reaksi akan berjalan kebawah (laju reaksi
fosforilasi sub unit katalitik kompleks piruvat dehidrogenase bertambah besar)
sehingga kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase terhambat dan menjadi tidak
aktif. Hal ini menyebabkan terhentinya reaksi pembentukan asetil ko-A dari
piruvat. Akibatnya, jumlah asetil ko-A yang diperlukan untuk daur Krebs akan
berkurang sehingga laju reaksi daur Krebs terhambat dan produksi ATP terhenti.
Sebaliknya jika jumlah ADP banyak (ATP sedikit), keseimbangan reaaksi didorang
ke atas (laju reaksi defosforilasi kompleks piruvat dehidrogenase bertambah
besar) sehingga kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase bertambah. Akibatnya,
reaksi dekarboksilasi piruvat menjadi asetil ko-A naik, sehingga laju reaksi
daur Krebs bertambah besar dan produksi ATP bertambah banyak.
10. Jalur Metabolisme Daur Asam
Trikarboksilat
Jalur
metabolisme daur asam trikarboksilat (asam sitrat) pertama diketemukan oleh Krebs
(1937). Oleh karena itu, jalur ini disebut pula daur Krebs. Jalur daur ini
merupakan ajlur metabolisme yang utama dari berbagai senyawa hasil metabolisme,
yaitu hasil katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Lemak karbohidrat protein
Asam lemak
glukosa asam
amino
Asetil ko-A asetil ko-A asetil ko-A
Α-ketoglutarat
Oksalasetat
fumarat
|
|
Asetil ko-A (sebagai hasil katabolisme lemak dan
karbohidrat), oksalasetat, fumarat, dan α-ketoglutarat (sebagaihasil
katabolismeasam amino dan protein), masuk kedalam daur Krebs untuk selanjutnya
dioksidasi melalui beberapa tahap reaksi yang kompleks menjadi CO, HOdan energi ATP. Kegiatan daur asam tri karboksilat terdapat dalam
sel hewan, tumbuhan, dan jasad renik yang aerob dan merupakan metabolisme
penghasil energi yang utama. Jasad yang anaerob tidak menggunakan metabolisme
daur ini sebagai penghasil energinya.
|
|
Gambar 22. Ringkasan keseluruhan daur asam
trikarboksilat atau daur Krebs.
Daur Krebs merupakan bagian rangkaian
proses pernafasan yang panjang dan kompleks, yaitu oksidasi glukosa menjadi COdan HO serta produksi ATP. Proses pernafasan terdiri dari 4 tahap
utama: 1) glikolisis (oksidasi glukosa menjadi piruvat), 2) konversi piruvat ke
asetil ko-A, 3) daur Krebs dan 4) proses pengangkutan elektron melalui rantai
pernafasan yang dirangkaikan degan sintesis ATP dari ADP = Pi melalui proses
fosforilasi bersifat oksidasi.
Didalam sel eukariota, metabolisme asam
trikarboksilat berlangsung didalam mitokondrion. Sebagian enzim dalam
metabolisme ini terdapat di dalam cairan matriks dan sebagian lagi terikat pada
bagian dalam membran mitokondrion.
11. Energi yang
Dihasilkan oleh Glikolisis dan DAur Asam Trikarboksilat
Dari pembahasan tentang daur asam
trikarboksilat sebelumnya, ternyata terdapat dua tahap reaksi yang
masing-masing menghasilkan satu molekul CO; tiga reaksi menghasilkan NADH; satu reaksi menghasilkan
GTP; satu reaksi menghasilkan FADH.
Satu molekul GTP dapat menghasilkan satu
molekul ATP. Dalam proses pengangkutan elektron melalui rantai pernafasan yang
dikaitkan dengan fosforilasi bersifat oksidasi, satu molekul NADH dan satu FADH masing-masing
menghasilkan 3 dan 2 molekul ATP. Dengan demikian oksidasi satu molekul asetil
ko-A dalam daur Krebs menghasilkan (3 x 3 + 2 x 1 + 1) ATP = 12 ATP.
Asetil ko-A
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
Ko-A
Gambar 23. Jumlah energi (ATP) yang
dihasilkan oleh daur Krebs.
Bila
proses oksidasi itu dimulai dari piruvat, jumlah molekul ATP yang dihasilkan
adalah 12 + 3 = 15untuk setiap molekul piruvat (pembentukan satu molekul asetil
ko-A dari satu molekul piruvat menghasilkan satu molekul NADH).
Oksidasi
satu molekul glukosa melalui glikolisis menjadi dua molekul piruvat,
menghasilak 8 ATP. Dengan demikian oksidasi sempurna satu molekul glukosa
menjadi CO + HO menghasilkan 2 x 15 + 8 = 38 ATP.
Glukosa
|
||||
2 piruvat
|
||||
2 asetil ko-A
CO + HO
Gambar 42. Jumlah energi (ATP) yang
dihasilka oleh glikolisis dan daur Krebs.
D.
Metabolisme Protein
Nama protein pertama kali diusulkan oleh
ahli kimia Swedia, Berzelius. Protein berasal dari bahasa Yunani,
protios, yang berarti bahan penyokong yang pertama.
Protein
merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsi utamanya sebagai unsur
pembentuk styruktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kolagen, jaringan
penghubung, membran sel dan lain-lain. Selain itu dapat pula berfungsi sebagai
protein yang aktif seperti enzim yang berperan sebagai katalisator segala
proses biokimia dalam sel. Protein aktif selain enzim yaitu hormon, hemoglobin,
protein yang terikat pada gen, toksin, anti bodi atau anti gen dan lain-lain.
Protein adalah rangkaian atau polimer dari
sejumlah asam amino. Asam amino adalah molekul organik kecil yang pada umumnya
terbuat dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein dibuat dari suatu
pool yang terdiri dari 20 asam amino yang berbeda. Ratusan atau ribuan asam
amino dirangkai dengan suatu urutan tertentu untuk membentuk rantai asam amino.
Fungsi protein dimungkinkan karena
struktur tiga dimensinya yang unik. Dengan strukturnya yang unik suatu molekul
protein dapat melakukan interaksi dengan molekul lainnya sehinnga dapat
berfungsi sebagai molekul pengatur dalam suatu ekspresi gen atau transmisi
genetik menjadi fenotipik. Jadi, suatu protein sangat tergantung pada
kemampuannya untuk mengikat atau berpasangan dengan molekul lainnya untuk
menjalankan fungsinya. Kemampuan tersebut ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya.
Bila asam amino dirakit menjadi suatu
rantai protein, rantai tersebut segera melipat membentuk suatu struktur yang
secara energetik paling relaks atau yang bentuknya paling stabil. Bentuk yang
secara energetik paling stabil ditentukan oleh interaksi tiap-tiap asam amino
yang membentuk protein tersebut. Oleh karena itu, jenis asam amino dan
urutannya dalam rantai protein akan menentukan struktur tiga dimensi molekul
protein yang terbentuk. Urutan asam amino dalam suatu rantai protein sangat
penting menentukan fungsi protein tersebut. Dengan 20 macam asam amino yang
berbeda, diperoleh jumlah dan urutan yang berbeda-beda sehingga dihasilkan
protein-protein unik yang hampir tidak terbatas jumlahnya. Keragamn ini sangat
menguntungkan mengingat berbagai ragam fungsi yang dilakukan oleh protein.
Semua organisme merupakan kumpulan dari
sejumlah protein dan segala aktivitasnya. Fungsi protein tergantung pada
struktur tiga dimensinya, yang pada gilirannya ditentukan oleh sekuen asam
amino penyusun protein tersebut. Jadi, DNA menentukan karakteristik suatu
organisme karena DNA menentukan sekuen asam amino dari semua protein pada suatu
organisme.
DNA mengandung sandi genetik untuk tiap
asam amino yang ditampilkan masing-masing dari sekuen tiga pasang basa. Ketiga
basa (triplet) ini disebut kodon. Urutan kodon pada suatu sekuen DNA
mencerminkan urutan asam amino yang akan dirakit menjadi suatu rantai protein.
Satu bagian sekuen DNA lengkap yang mampu menentukan sekuen asam amino suatu
protein atau molekul r RNA dan tRNA disebut gen, yaitu satuan hereditas yang
didefinisikan oleh para ahli genetika klasik. Semua gen dan sekuen DNA yang
dimiliki oleh suatu organisme disebut genom.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
Gambar 24. Sekuen DNA
menentukan sekuen asam amino pada protein yang terbentuk.
1. Sintesis Protein
Proses sintesis protein dari sandi genetik
melibatkan beberapa langkah. DNA pada dasarnya adalah penyimpan informasi yang
pasif, mirip denga cetak biru (blue print) untuk denah rumah. Aktivitas
pembuatan protein terjadi pada suatu situs khusus dalam sel yang disebut
ribosom. Oleh karena itu, langkah pertama dalam sintesis protein adalah
menyampaikan informasi dari DNA ke ribossom. Untuk melakukan hal ini enzim-enzim
seluler membuat salinan kopi gen sehinnga dapat dibaca oleh ribosom. Salinan
kopi gen ini disebut RNA duta (messennger RNA = mRNA). mRNA membawa
sandi genetik yang dipakai langsung untuk sintesis protein di ribosom. Tahap
ini disebut dengan tahp transkripsi. Dalam tahap berikutnya kodon pada
mRNA harus dapt dikorelasi dengan asam amino yang seharusnya. Tahapan ini
dilakukan molekul RNA lain, yaitu RNA transfer, (transfer RNA = tRNA)
yang dikenal dengan tahap translasi.
Akhirnya asam amino harus disambungkan untuk membentuk rantai protein
fungsional (tahap sintesis). Ribosom yang terdiri dari RNA dan protein,
melakukan fungsi tersebut. Bila rantai protein sudah lengkap, suatu tanda
berhenti (stop sign) mempengaruhi ribosom sehingga ribosom melepas protein
baru tersebut ke dalam sel.
- Transkripsi.
Transkripsi adalah sintesis
RNA secara enzimatik dengan menggunakan DAN sebagai cetakan. Untuk transkripsi
suatu gen, hanya salah satu rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan atau
templat. Transkripsi dikatalis oleh enzim RNA polimerase. Sintesis RNA selalu
bergerak ke satu arah, yaitu dari ujung 5’ ke ujung 3’ dari molekul RNA.
Untuk menginisiasi transkripsi, RNA
polimerase berikatan pada suatu daerah di DNA yang disebut promoter. Promoter
terletak disebelah hulu (ke arah5’) dari gen. Perbedaan urutan nukleotida dari
promoter berbagai gen menyebabkan perbedaan tingkat efisiensi dan regulasi dari
inisiasi transkripsi gen-gen tersebut.
Setelah RNA polimerase terikat pada
promoter DNA, kedua rantai DNA dipisahkan dan RNA polimerase memulai sintesis
RNA di tempat inisiasi. Tempat ini disebut sebagai posisi +1. RNA polimerase
menambahkan ribonukleotida ke ujung 3’dari rantai RNA yang sedang disintesis.
Hal ini dilakukan dengan bergerak dari ujung 3’ ke arah 5’ dari rantai DNA
cetakan., sambil memisahkan bagian rantai ganda DNA yang dilaluinya. Dengan
demikian ribonukleotida dapat berpasangan dengan DNA cetakan dan ditambahkan
pada ujung 3’ RNA dengan pembentukan ikatan fosfodiester. Heliks ganda akan
terbentuk kembali setelah RNA polimerase lewat.
|
|
|
||||||||
|
||||||||||
|
|
T A C G
A T G C
|
|
|
||
|
|
|||||
|
|
|
5’ U A C G
3’
Gambar 25. Struktur gen
b.Translasi.
Translasi merupakan proses sintesis
protein di dalam sel. Sebelum sintesis protein dimulaio, setiap jenis tRNA
berikatan dengan asam amino spesifik. Reaksi ini dikatalis oleh enzim aminoasil
tRNA sintetase bersama dengan ATP, sehingga terbentuk aminoasil tRNA. Pada tRNA
terdapat antikodon yang akan berpasangan dengan kodon yang terdapat pada mRNA.
Setiap macam aminoasil tRNA sintetase akan menggabungkan asam amino tertentu
pada tRNA yang spesifik. Pada tRNA inisiator, tRNA terikat pada asam amino
metionin yang termodifikasi, yaitu N-formilinetionin. Proses sintesis protein
terdiri dari tiga tahap yaitu:
- Inisiasi : proses penempatan ribosom pada suatu molekul mRNA
- Elongasi : proses penambahan asam amino
- Terminasi : proses pelepasan protein yang baru disintesis
Pada sintesis protein sel prokariot,
prosaes inisiasi memerlukan sub unit kecil (30S) dan sub unit besar (50S)
ribosom, mRNA, tiga faktor inisiasi (IF, IF dan IF) dan GTP. IF dan IF mula-mula terikat pada
sub unit kecil ribosom, kemudian IF dan GTP bergabung.
Kompleks sub unit kecil ini terikat pada mRNA di tempat pengikatan ribosom yang
terletak 8 – 13 nukleotida sebelum hulu kodon inisiasi Aug kemudian bergerak
sepanjang mRNA ke arah hilir sampai menemukan kodon inisiasi. Setelah
pengikatan sub unit kecil ribosom pada kodon inisiasi, tRNA inisiator dapat
terikat pada kodon inisiasi dan melepaaskan IF sehingga terbentuk
kompleks inisiasi 30S, melepaskan IF, IF, GDP dan fosfat sehingga terbentuk inisiasi 70S.
Proses elongasi melibatkan tiga faktor
elongasi (EF – Tu, EF – Ts, EF – G0, GTR, aminoasil tRNA dan kompleks inisiasi
70 S. Proses elongasi terdiri dari tiga tahap:
- Aminoasil tRNA membentuk kompleks denagn EF-Tu dan GTP, terikat pada “A-site” di ribosom dengan melepaskan EF-Tu – GDP. EF-Tu – GTP dapat berubah lagi menjadi EF-Tu – GTP dengan bantuan EF-Ts dan GTP.
- Enzim transferase peptidil yang terdapat pada ribosom membenyuk ikatan peptida antara dua asam amino yang berdampingan.
- Enzim translokase (EF-G) dengan energi GTP menggerakkan ribosom sejauh satu kodon sepanjang mRNA sehingga tRNA pada “P-site” lepas dan tRNA pada “A-site” pindah ke “P-site”.
Proses elongasi rantai peptida berjalan terus
sampai ribosom mencapai suatu kodon stop.
Proses
terminasi melibatkan tiga faktor pelepas (“release faktor”, RF, RF dan RF). RF atau RF dapat mengenal kodon
stop dan denagn bantuan RF menyebabkan
trasnsferase peptidil melepaskan rantai polipeptida dari tRNA. Faktor-faktor
pelepas membantu pelepasan kedua sub unit ribosom dari mRNA.
2. Ciri-ciri Molekul Protein
Beberapa ciri utama molekul protein yaitu:
·
berat
molekulnya besar, yang merupakan suatu makromolekul
·
umumnya
terdiri dari 20 macam asam amino, yang membentuk suatu rantai polipeptida yang
berikatan satu dengan yang lain. Ikatan peptida merupakan ikatan antara α-karboksil dari asam amino yang satu dengan gugus α-amino dari asam amino yang lainnya.
·
terdapatnya
ikatan kimia yang lain yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan
rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofob.
·
strukturnya
tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, dan
sebagainya
·
umumnya
reaktif dan sangat spesifik, yang disebabkan terdapatnya gugus samping yang
reaktif dan susunan khas struktur makromolekulnya.. bberapa gugus samping yang
biasa terdapat diantaranya gugus kation, anion, hidroksil aromati, hdroksil
alifatik, amin, amida, tiol, dan gugus heterosiklik
3. Klasifikasi Asam Amino
Berdasarkan sifat kekutuban (polarity)
gugus R, asam amino dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
1. asam amino dengan gugus R yang tak
mengutub. Golongan ini terdiri dari 5 asam amino yang mengandung gugus R
alifatik (alanin, lesin, isolesin, valin, dan prolin), 2 dengan R aromatik
(fenilalanin dan triptofan), dan 1 mengandung atom sulfur (metionin).
2. asam amino dengan gugus R mengutub
tak bermuatan. Lebih mudah larut dalam air karena gugus R mengutub dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Kekutuban serin, treonin, dan
tirosin disebabkan oleh gugus hdroksil, asparagin dan glutamin oleh gugus
amida, dan sistein oleh gugus sulfhidril (-SH).
3. asam amino dengn gugus R bermuatan
negatif (asam amino asam). Golongan ini bermuatan negatif pada pH 6,0-7,0 dan
terdiri dari asam aspartat dan asam glutamat yang masing-masing mempunyai dua
gugus karboksil.
4. asam amino dengan gugus r bermuatan
positif (asam amino basa). Golongan asam amino ini bermuatan positif pada pH
7,0 yang terdiri dari lisin, arginin yang mengandung gugus basa lemah.
4. Sifat Asam Basa Asam Amino
Di dalam larutan netral asam amino
selalu ada dalam bentuk ion berkutub (zwtterion) yang dapat ditunjukkan
dengan konstanta elektrik dan momen dwikutub yang tinggi karena adanya
pemisahan muatan positif dan negatif dalam bentuk ion berdwikutub.
Semua asam amino yang didapat
barasal dari hidrolisis protein kecuali glisin, memiliki sifat aktif optik
yaitu dapat memutar bidang polarisasi cahaya bila diperiksa dengan polarimeter.
Reaksi khas asam amino disebabkan oleh adanya gugus α-karboksil, α-amino dan gugus yang terdapat pada
rantai samping (R).
5. Struktur dan Sifat Peptida
Peptida mengandung 2,4 atau 4 asam
amino, sehingga dapat disebut dipeptida, tripeptida, dst. Peptida didapatkan
dari hidrolisis rantai panjang protein.
Peptida mempunyai pH isoelektrik. Reaksi kimia peptida disebabkan oleh
adanya gugus ujung NH2 dan –COOH, dan gugus R yang dapat berionisasi.
Penamaan peptida didasarkan pada
komponen asam aminonya. Urutan dimulai dar rantai N-ujung. Uji peptida ini dapat dilakukan dengan uji
buret, yaitu reaksi yang terjadi antara peptida atau protein dengan CuSO4
dan alkali,yang menghasilkan warna ungu.
Pemisahan atau analisis peptisa biasa dikerjakan dengan kromatografi
penukar –ion atau elekrtroforesis kertas.
6. Analisis Asam Amino pada Peptida
Penentuan urutan asam amino dapat
dlakukan dengan cara Hidrolisis sempurna. Hidrolisis dengan HCl 6N pada suhu
100 -120 celcius selama 10 - 24 jam memeberikan hasil terbaik, kecuali pada
triptopan yang mengalami kerusakan pada suasana asam kuat, juga gugus amida
pada glutamin dan asparagin akan pecah menghasilkan asam glutamat, asam
aspartat, dan ion amoninum.
Banyaknya amonia pada hidrolisat
dapat ditentukan untuk mengetahui kadar amida yang terdapat pada protein. Hidrolisis dengan alkali menyebabkan
kerusakan pada sistein, sistin, serin dan treonin.
Penentuan urutan asam amino dalam Polipeptida
didasarkan pada cara sanger untuk penentuan urutan asam amino dalam
protein insulin yang bebas dari kontaminasi.
Cara bertingkat yang dilakukan sebagai
berikut:
1. penentuan asam amino C-ujung dan
asam amino N-ujung.
2. pemutusan rantai plipeptida menjadi
fragmen peptida dengan rantai yang lebih pendek
dengan enzim tripsin fragmen peptida. Kemudian fragmen tersebut
dipisahkan satu dari yang lain dengan cara elektroforesis atau kromatografi. Tiap fragmen peptida dihidrolisis sempurna
dan asam amino ditentukan.
3. asam amino C-ujung dan asam amino N-ujung
tiap fragmen peptida yang didapat dari no 2 ditentukan, sehingga urutan asam
amino tiap fragmen peptida (dipeptida atau tripeptida) dapat ditentukan.
4. fragmen peptida yang lebih panjang dari
tripeptida, ditentukan urutan asam amino dengan cara edman, yaitu dengan
pereaksi fenilisotisianat.
5. diambil polipeptida asal dan pemotongan
rantai menjadi fragmen diulangi lagi, tetapi dengan mempergunakan enzim lain,
misalnya kimotripsin atau pepsin. Kimotripsin menghidrolisis ikatan peptida
yang gugus karboksilnya berasal dari asam amino fenilalanin, triptofan atau
tirosin. Pepsin menghidrolisis ikatan peptida yang gugus aminonya berasal
dari asam amino fenilalanin, triptofan,
tirosin, lesin, asam aspartat, asam glutamat.
6. Dibandingkan komposisi asam amino dan asam
amino N-ujung serta C-ujung dari fragmen yang dihasilkan kedua cara hidrolisis
tersebut, maka urutan yang benar sisa asam amino dalam polipeptida asal dapat
ditentukan.
7. Organisasi struktur protein
Struktur tiga dimensi protein dapat
dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur yaitu struktur
primer, sekunder, tersier dan kuartener.
a. Struktur primer
Struktur primer protein ditentukan oleh
ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang membentuk ikatan
peptida.Struktur primer dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis untuk senyawa organik.Untuk mengetahui struktur primer protein
diperlukan cara penentuan bertingkat yaitu:
1.Penentuan jumlah rantai polipeptida
yang berdiri sendiri dari protein
2.Pemutusan ikatan antara rantai polipeptida yang satu dengan lainnya.
3.Pemisahan masing-masing rantai polipeptida
4.Penentuan urutan asam amino dari masing-masing rantai polipeptida dengan
cara sanger.
b. Struktur sekunder
Struktur ini terjadi karena ikatan hidrogen antara
atom O dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus amino (N-H) dalam
satu rantai pilipeptida,memungkinkan terbentuknya konfirasi spiral yang disebut
Struktur helix.Rantai paralel yang berkelok-kelok disebut konfirmasi
–ß,rantai dihubung silangkan oleh ikatan hidrogen sehingga membentuk suatu struktur yang disebut lembaran
berlipat-lipat.Struktur polipeptida dalam protein serabut pada rambut dan wol
berbentuk spiral yang berarah putar kekanan. Yang disebut dengan ð-helix,sedang
yang berkelok-kelok disebut ß-kerotin.
c. Struktur tersier
- Struktur tersier terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai ð-helix,konformasi ß,maupun gulungan rambang suatu polipeptida,membentuk protein glubular,yang struktur tiga dimensinya lebih rumit daripada protein serabut.
- Kemantapan struktur tersier suatu molekul protein selain disebabkan oleh ikatan kovalen seperti ikatan peptida dan ikatan disulfida juga oleh ikatan tak-kovalen yang menunjangnya yaitu yang menyebabkan terjadinya pelipatan tersebut.
d. Struktur kuartener
Sebagian besar protein berbentuk globular yang
mempunyai berat molekul lebih dari 50 ribu merupakan suatu obligomer,yang
terjadi dari beberapa rantai polipeptida yang terpisah yang disebut juga dengan
protomer yang saling mengadakan interaksi membentuk struktur kuartener dari
proteina obligomer tersebut.
E. Metabolisme Lemak
Lemak atau lipid terdapat pada semua
bagian tubuh manusia terutama pada bagian otak, mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian lipid jaringan tersebar
sebagai komponen utama membrane sel dan berperan mengatur jalannya metabolisme
di dalam sel.
Beberapa peranan biologi yang penting dari
lipid adalah sebagi berikut:
·
Komponen
struktur membran
·
Lapisan
pelindung paad beberapa jasad
·
Bentuk
energi cadangan
·
Komponen
permukaan sel yang berperan dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa
kimia di luar sel, seperti dalam proses kekebalan jaringan
·
Sebagai
komponen dalam proses pengangkutan melalui membran.
1. Biosintesis Asam Lemak
Biosintesis
asam lemak sebagai bagian dari biosintesis lipida adalah suatu proses
metabolisme yang penting dalam jasad hidup. Hal ini benar jika diingat jaringan
hewan mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk
karbohidrat. Dalam hal ini sebagian dari polisakarida dirombak melalui proses
glikolisis menjadi asetil ko-A, yang merupakan
prazat untuk biosintesis asam lemak dan triasilgliserol. Senyawa lipid ini
mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
karbohidrat dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang besar di dalam
jaringan lemak. Di dalam tumbuhan, senyawa lipid disimpan sebagai cadangan
energi yang cukup besar di dalam biji dan buah.
Biosintesis
asam lemak dari asetil ko-A terjadi di hampir semua bagian tubuh hewan,
terutama di dalam jaringan hati, jaringan lemak dan kelenjar susu. Biosintesis
ini berlangsung dalam sitoplasma, membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktor dan
membutuhkan CO sebagai factor
pembantu dalam mekanisme pemanjangan rantai asam lemak, meskipun CO tidak tergabung ke
dalam asam lemak tersebut.
Berikut ini merupakan reaksi keseluruhan dari
biosintesis asam lemak:
a. Tahap penggantian asetil Co-A.
Pembentukan malonil-Co-A.
Asetil-SCoA
biotin
HOOC-CH-CO-SCoA
Asetil
Co-A karboksilase
Malonil - CoA
b.
Tahap pemanjangan rantai secara kontinu (proses de
novo)
7 malonil – CoA 7 malonil – S – ACP
|
|
||||||
|
|
|
|
|
Palmitoil – ScoA
steroil – ScoA dan seterusnya
Gambar
26. Ketiga tahap utama mekanisme biosintesis asam lemak
2. Katabolisme Asam Lemak
Asam
lemak adalah suatu senyawa yang terdiri dari rantai panjang hidrokarbon dan
gugus karboksilat yang terikat pada ujungnya. Asam lemak mempunyai dua peranan
fisiologi yang penting. Pertama, sebagai satuan pembentuk fosfolipid dan
glikolipid yang merupakan molekul amfipatik sebagai komponen mmbran biologi.
a. Oksidasi asam lemak: oksidasi beta.
Asam lemak mempunyai peran yang sangat penting
sebagai sumber pembentuk energi dalam tumbuhan dan hewan. Sebagian besar dari
padanya disimpan dalam bentuk senyawa trigliserida di dalam sel. Sebagian besar
asam lemak bebas yang mengalami katabolisme berasal dari proses hidrolisis
trigliserida oleh enzim lipase yang terdapat di dalam sel jaringan lemak. Asam
lemak ini dikeluarkan dari sel, berikatan dengan serum albumin yang kemudian
bersama aliran darah dibawa ke jaringan lainnya di dalam tubuh untuk
selanjutnya mengalami oksidasi. Dalam hal ini asam lemak yang masuk ke jaringan
lebih dulu dipergiat dengan perantaraan enzim di dalam sitoplasma, baru
kemudian dapat dimasukkan ke dalam mitokondrion untuk selanjutnya mengalami
proses oksidasi menghasilkan energi yang dipakai untuk segala kegiatan dalam
tubuh yang memerlukan energi.
Oksidasi
sempurna asam lemak berantai panjang di dalam semua sel jaringan hewan mamalia,
kecuali di dalam sel otak, menghasilkan CO dan HO sebagai hasil akhir. Dalam keadaan tertentu oksidasi asam
lemak dalam sel otak menghasilkan asam β-hidroksibutirat. Kelincahan gerak,
penyebaran, dan oksidasi asam lemak yang terjadi di dalam tubuh berlangsung
secara terpadu dengan proses metabolisme karbohidrat dan diatur oleh sistem
hormon endokrin yang rumit.
|
|
|||
|
|
|
|
|||
(3)
|
|
||||
|
Ketoasil
– CoA
|
|||||
(5)
|
Gambar 27.
Proses β-oksidasi asam lemak.
BIOTEKNOLOGI
A. Definisi Bioteknologi
Istilah bioteknologi pertama kali
dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur dari Hongaria. Pada tahun 1917
istilah bioteknologi digunakan untuk mendiskripsikan produksi babi dalam skala
besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Sampai tahun 1970
bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemikal enginering)
dan pada umumnya perkuliahan yang berhubungan dengan bioteknologi juga
diberikan oleh Jurusan Rekayasa Kimia atau Rekayasa Biokimia.
Bioteknologi merupakan teknologi yang
menggunakan organisme hidup atau bagian-bagiannya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan manusia. Dengan kata lain, bioteknologi merupakan penggunaan
organisme atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
menghasilkan produk yang berguna.
B. Bioteknologi Klasik dan Bioteknologi
Modern
Selama
beribu-ribu tahun kita telah menggunakan mikroba seperti khamir dan bakteri
untuk membuat produk-produk yang berguna seperti roti, anggur, keju, toghurt,
tempe dan nata de coco. Produk-produk makanan dan minuman tersebut termasuk
hasil dari bioteknologi klasik.
Bioteknologi
modern dimulai dengan produksi bahan kimia dalam skala besar dengan menggunakan
mikroorganisme. Bioteknologi modern telah berkembang secara pesat sejak
munculnya teknik-teknik biologi molekul (teknologi DNA rekombinan), sehingga
manusia dapat mengotak-atik susunan genetik dari mahluk hidup.
Dengan munculnya teknik-teknik biologi
molekul inilah, bioteknologi dikatakan merupakan suatu terobosan teknologi yang
revolusioner. Selama periode tahun 1960-an sampai tahun 1970-an, pengetahuan
kita tentang biologi sel dan molekuler sampai pada suatu titik yang
memungkinkan kita untuk memanipulasi suatu organisme ditaraf seluler atau
molekuler. Memanipulasi suatu organisme untuk kepentingan umat manusia bukanlah
suatu hal yang baru, yang baru adalah bagaimana melakukan manipulasi tersebut.
Gambar 28.
Penemuan struktur DNA tahun 1953 sebagai pembuka perkembangan bioteknologi
molekuler oleh James Watson dan Francis Crick.
Sebelumnya, kita menggunakan suatu
organisme utuh tetapi sekarang menggunakan sel-sel dan molekul organisme
tersebut. Sebelumnya kita melakukan manipulasi tanpa mengetahui mekanisme yang
mendasari manipulasi tersebut. Cara manipulasi kita sulit diprediksi hasilnya.
Tetapi kita sekarang mengerti manipulasi yang kita lakukan pada taraf yang
paling mendasar aitu pada taraf molekuler atau gen. Oleh karena itu, kita dapat
memprediksi pengaruh manipulasi yang dilakukan dan mengarahkan perubahan yang
diinginkan dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
C. Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi
sudah ada sejak 10.000 tahun yang lalu. Mikroorganisme sudah digunakan orang
dalam pembuatan bir, cuka, yoghurt, dan keju. Pada zaman romawi, anggur sudah
dikenal orang. Pembuatan bahan kimia pertama dengan menggunakan mikroorganisme
dilakukan pada abad ke-14, yaitu pada pembuatan etanol. Industri fermentasi
modern dikenal sejak perang dunia I, yaitu produksi dalam skala besar berbagai
bahan kimia, seperti gliserol dengan menggunakanm ragi, aseton-butanol dengan
menggunakan bakteri Clostridium acetobutilicum dan asam sitrat dengan
menggunakan jamur Aspergillus niger. Fermentasi semi kontinu mulai
dikenal selama perang dunia II. Perang dunia II memicu orang untuk meningkatkan
produksi anti bioik penisilin. Produksi penisillin berhasil ditingkatkan dengan
memperbaiki galur jamur yang digunakan dan mengembangkan teknologi fermentasi
dalam skala besar. Pencarian antibiotik lain dari berbagai mikroorganisme lain
juga terus dilakukan. Sesudah tahu 1960-an, kultur sel hewan dalam skala besar
mulai digunakan dalam pembuatan vaksin dan pembuatan obat seperti ionterferon.
Berbeda
dengan kultur mikroorganisme, kultur sel tidak dapat tumbuh sebagai suspensi
tetapi memerlukan suatu permukaan tempat melekatnya sel hewan. Pada tahun
1970-an berhasil dibuat hibridoma, yaitu hasil fusi sel tumor denagn sel
limfosit penghasil antibodi. Masing-masing sel hibridoma menghasilkan antibodi
monoklonal, yaitu antibodi terhadap bagian spesifik dari suatu protein.
Antibodi monoklonal banyak digunakan dalam diagnostik, terapi terhadap suatu
penyakit dan proses pemurnian protein. Kultur sel tumbuhan dapat diregenerasi
menjadi tanaman baru. Dari suatu kultur sel tumbuhan dapat dihasilkan ratusan
tanaman baru. Sel yang bebas dari virus dapat diisolasi dan dikulturkan
sehingga dapat dihasilkan tanaman yang bebas virus dan ini dapat meningkatkan
produksi.
Gambar 29. Seleksi buah-buahan yang
menguntungkan dan pemanfaatan mikrobia dalam pembuatan bir telah lama dilakukan
oleh manusia
Pada tahun 1980-an, bioteknologi
berkembang secara pesat akibat munculnya teknologi DNA rekombinan yang memberi
kemampuan bagi manusia untuk memotong dan menyambung kembali molekul DNA secara
in-vitro. Dengan demikian gen yang berasal dari suatu spesies dapat
dipindahkan ke spesies lain. Dengan teknologi DNA rekombinan, bakteri Escherichia
coli dapat digunakan untuk memproduksi hormon manusia dalam skala besar.
Hewan dan tumbuhan dapat dimodifikasi dengan menambahkan gen yang berasal dari
spesies lain sehingga diperoleh hewan atau tumbuhan transgenik. Aplikasi komersial pertama dari teknologi DNA
rekombinan adalah produksi protein skala besar oleh bakteri, seperti protein
yang berupa hormon dan enzim. Kemudian produksi molekul kecil dapat dilakukan
dengan mengklon gen-gen yang terlibat dalam biosintesis molekul tersebut dalam
satu fragmen DNA. Penggunaan DNA dengan teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR) yang dikembangkan sejak akhir tahun 1980-an, memungkinkan orang
untuk mengisolasi fragmen DNA tertentu dari satu sel kemudian dilipatgandakan
misalnya sel yang terdapat ujung rambut, bercak darah kering atau fosil yang
berumur ribuan tahun. Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis penyakit
dan mencari bukti kejahatan pada ilmu forensik.
Tabel 1. Perkembangan Sejarah Bioteknologi
Molekuler
Tahun
|
Peristiwa
|
1917
1943
1944
1953
1961
1961-1966
1970
1972
1973
1975
1976
1978
1980
1981
1981
1982
1983
1988
1988
1990
|
Karl ereky memperkenalkan istilah bioteknologi
Penisilin diproduksi dalam skala industri
Avery, Mac Leod, Mc Carty mendemoonstrasikan
bahwa DNA adalah bahan genetik
Watson dan Crik menentukan struktur DNA
Jurnal Biotechnology
and bioengineering ditetapkan
Seluruh sandi genetik terungkap
Enzim restriksi endonuklease pertama kali
diisolasi
Khorana dan kawan-kawan berhasil mensintesis
secara kimiawi seluruh gen DNA
Boyer dan Cohen memaparkan teknologi DNA
rekombinan
Kohler dan Milstein menjabarkan produksi
antibodi monoklonal
Perkembangan teknik-teknik untuk menentukan
sekuen DNA
Genentech menghasilkan insulin manusia dalam E.coli
US Spreme Court: mikroorganisme hasil manipulasi
dapat dipatenkan
Untuk pertama kalinya automated DNA
synthesizers dijual secara komersial
Untuk pertama kalinya kit diagnostik berdasarkan
antibodi disetujui untuk dipakai di Amerika Serikat
Untuk peratma kalinya vaksin hewan hasil
teknologi DNA rekombinan disetujui pemakaiannya di Eropa
Plasmid Ti hasil rekayasa genetik dipakai untuk
transformasi tanaman
US Patent diberikan untuk mencit hasil rekayasa sehingga
rentan terhadap kanker
Metode polymerase Chain Reaction dipublikasikan
USA: telah disetuji percoban terapi gen sel
somatik pada manusia
|
D. Bioteknologi Hulu dan Bioteknologi Hilir
Suatu proses industri bioteknologi yang
menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk pada dasarnya
terdiri dari tiga tahapan utama, seperti pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1.
Tahap-tahap Utama dalam Proses Industri/Bioteknologi
1. Proses hulu: melibatkan serangkaian perlakuan pada bahan
mentah sehingga dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme
sasaran
2. Fermentasi dan transformasi: penumbuhan
mikroorganisme sasaran dalam bioreaktor besar (biasanya lebih dari 100 liter)
yang diikuti dengan produksi (hasil biotransformasi) bahan yang diinginkan,
misalnya: antibiotik, asam amino, enzim, atau asam-asam organik
3. Proses hilir: pemurnian senyawa atau bahan yang diinginkan
dari medium fermentasi atau dari massa sel
Penelitian-penelitian bioteknologi
dimaksudkan untuk memaksimalkan efisiensi tiap tahap dalam proses bioteknologi
serta dapat menemukan miokroorganisme yang sesuai untuk produksi pangan, pakan,
suplemen pangan dan obat-obatan. Selama tahun 1960-an sampai tahun 1977-an,
penelitian-penelitian ini difokuskan pada proses hulu, desain bioreaktor dan
proses hilir.oleh karena itu banyak dihasilkan informasi yang menjadi dasar
penting bagio pembuatan bioreaktor serta instrumentasinya, serta teknologi scale-up
yang lebih efisien dalam menghasilkan berbagai produk.
Dari keseluruhan proses industri
bioteknologi, bagian biotransformasi merupakan komponen yang paling sulit
dioptimalkan secara sistematis. Paad umumnya galur-galur mikroba yang diisolasi
dari alam tidak optimal untuk dipakai langsung dalam industri bioteknologi.
Oleh larena itu, induksi mutasi melalui mutagenesis kimia atau radiasi
ultraviolet digunakan untuk mengubah secara acak susunan genetik suatu galur
mikroba, dengan harapan dapat diperoleh galur yang profilnya lebih optimal.
Dalam beberapa hal misalnya dalam produksi antibiotik, cara-cara mutasi acak
dan seleksi telah berhasil dilakukan. Meskipun demikian, pada sebagian industri
bioteknologi lainnya, mutasi acak justru munurunkan produksi atau hasilnya
sulit sekali di prediksikan, karena adanya mutasi pada bagian-bagian lain dari
genom mikroba yang bersangkutan. Selain itu, derajad perbaikan galur masih
sangat dibatasi oleh sistem biologi yang ada. Contohnya dalam produlsi asam
sitrat digunaka Aspergillus niger yang memnag sangat tinggi rendemennya.
Tetapi untuk fermentasi nedia padat, spora kapang ini dapat menyebabkan masalah
medis yang relatif sulit penanganannya di lapangan. Sementara itu mutasi acak
untuk meniadakan spora dari Aspergillus niger tanpa menurunkan rendemen
asamnya sangat sulit dilakukan tanpa melewati batas-batas biologi Aspergillus
niger.
E. Teknologi Teknologi Yang Mendasari
Bioteknologi
Beberapa
teknologi yang mendasari Bioteknologi:
1. Teknologi Antibodi Monoklonal (TAM)
Teknologi antibodi monoklonal menggunakan
sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem
kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk
melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tipa
tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan
dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah
satu dari sel tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya
substansi asing denngan spesivitas yang luar biasa.
Dengan mengetahui cara kerja anti bodi,
kita dapat memanfaatkannya untuk keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.
Pengukuran dengan pendeteksian dengan menggunakan TAM relatif cepat, lebih
akurat, dan lebih peka karena spesifitasnya tinggi.
TAM saat ini digunakan untuk deteksi
kehamilan, alat diagnosis berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel kanker.
Karena spesifitasnya yang tinggi maka TAM dapat digunakan untuk membunuh sel
kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat. Selain kegunaannya untuk
mendiagnosis penyakit pada manusia, TAM juga banyak dipakai untuk mendeteksi
penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi pangan dan polutan
lingkungan.
2. Teknologi
Bioproses
Teknologi
bioproses menggunakan sel-sel hidup atau komponen mekanisme biokimia untuk
mensintesis, menguraikan atau membebaskan energi. Kebanyakan yang dipakai
adalah sel organisme bersel tunggal seperti bakteri, archae bakteri dan khamir.
Sedangkan komponen seluler yang sering dipakai adalah sekelompokmprotein yang
disebut enzim.
a). Fermentasi. Teknologi bioproses yang paling kuno dan paling
dikenal adalah fermentasi melalui mikroba. Pada mulanya produk fermentasi asal
mikroba diperoleh dari serangkaian reaksi yang dikatalis enzim untuk
menguraikan glikosa. Dalam proses penguraian glukosa untuk mendapatkan energi,
mikroba melakukan reaksi sintesis senyawa sampingan yang dapat digunakan untuk
keperluan manusia, seperti: karbondioksida untuk mengembangkan roti, etenol
untuk produksi anggur dan bir, asam laktat untuk produksi yoghurt dan susu
fermentasi lainnya, serta asam asetat untuk berbagai jenis cuka dan acar.
Sekarang kita telah mengembangkan pemakaian mesin biokimia ini sampi diluar
lintasan metabolisme penguraian glukosa. Kita telah memanfaatkan fermentasi
asal mikroba untuk mensintesis berbagai macam produk lain termasuk anti biotik,
asam amino, hormon, vitamin, pelarut-pelarut organik, pestisida, bahan-bahan
pembantu proses pengolahan pangan, pigmen, enzim, inhibitor enzim dan berbagai
bahan biofarmasi.
b). Biodegradasi. Mikroba dan enzim yang digunakan untuk
menguraikan molekul-molekul organik dapat membantu kita untuk membersihkan atau
memecahkan sejumlah masalah lingkungan tertentu seperti: tumpahan minyak,
tempat-tempat pembuangan bahan toksik, dan residu pestisida. Pemanfaatan
populasi mikroba untuk membersihkan polusi lingkungan disebut bioremediasi.
Salah satu contoh adalah bioremediasi dalam pemakaian bakteri pemakan minyak
untuk membersihkan tumpahan minyak Exxon Valdez di Prince William Sound, Alaska
pada tahun 1989 dan tumpahan minyak di Irak setelah perang teluk 1991. Di masa
mendatang kita dapat menggunakan limbah rumah tangga dan pertanian untuk
memproduksi energi melalui bantuan mikroba. Berbagain jenis mikroba juga
berperan untuk mencegah terjadinya ledakan penyakit, baik dalam bidang
pertanian, perikanan, maupun peternakan. Pemakaian bakteri tertentu untuk
biokondisioner sudah sangat dikenal di sektor pertambakan udang dan pertanian
tanaman tertentu.
3.
Teknologi Sel dan Kultur Jaringan
Teknologi sel dan kultur jaringan adalah
teknologi yang memungkinkan kita menumbuhkan sel jaringan dalam nutrien sesuai
di laboratorium.
4.
Kultur sel tanaman.
Kulturr sel dan jaringan tanaman merupakan aspek yang sangat penting dalam
bioteknologi tanaman. Teknologi ini berlandaskan pada kemampuan unik sel-sel
atau jaringan tanam untuk menghasilkan tanaman multiseluler dari satu sel
tunggal yang dapat berdiferensiasi (totipotensi). Rekayasa genetika tanaman
biasanya dilakukan pada taraf satu sel tunggal. Jika satu sel daun direkayasa
agar membawa sifat yang menguntungkan misalnya membawa sifat yang resisten
terhadap serangga, maka sel tersebut harus dapat berkembang menjadi tanaman
utuh sehingga dapat bermanfaat bagi petani.
5.
Kultur sel hewan. Sel dan jaringan tumbuahn bukan satu-satunya yang
dipakai dalam bidang pertanian. Dengan menggunakan kultur sel insekta
(serangga) untuk menumbuhkan virus-virus yang dapat menginfeksi serangga
memungkinkan kita untuk memperluas pemakaian virus dan baculovirus
sebagai agen biokontrol. Masyarakat medis menggunakan kultur sel untuk
mempelajari aspek keamanan da efektivitas senyawa biofarmasi, mekanisme
molekuler infeksi virus dan replikasinya, sifat toksisitas suatu senyawa serat
dasar-dasar biokimia sel. Kombinasi antara kultur sel mamalia dan teknologi
bioproses akan memberikan harapan untuk memproduksi senyawa seluler tertentu
dalam jumlah besar. Studi lanjut dalam kultur sel mamalia saat ini memungkinkan
para pakar untuk menumbuhkan berbagai jenis sel manusia yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk memproduksi suatu jaringan tertentu untuk mengganti suatu
jaringan yang rusak atau hilang, misalnya karena penyakit atau kecelakaan.
6.
Teknologi Biosensor
Teknologi biosensor merupaka gabungan
antara biologi molekuler dan mikroelektronika. Suatu biosensor adalah suatu
alat pendeteksi yang terdiri dari suatu substansi biologi ayng digandengkan
dengan suatu transduser elektronika. Substansi bioogis dapat berupa mikroba,
sel tunggal dari hewan multi seluler atau komponen seluler seperti enzim atau
anti bodi. Biosensor memungkinkan kita untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
yang hanya terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Biosensor bekerja apabila senyawa kimia
yang diukur konsentrasinya bertumbukan dengan detektor biologis, sehingga
trasduser akan menghasilkan suatu arus listrik kecil. Besar kecilnya sinyal listrik
ini sebanding dengan konsentrasi senyawa kimia yang terdapat di lingkungan
tersebut.
Teknologi biosensor dapat digunakan dalam
berbagai bidang, seperti pengukuran derajad kesegaran suatu bahan pangan,
memonitor suatu proses industri, atau mendeteksi suatu senyawa yang terdapat
dalam jumlah kecil di dalam darah.
7.
Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika yang seringkali sinonim
dengan teknologi DNA rekombinan merupakan tulang punggung dan pemicu lahirnya
bioteknologi molekuler. DNA rekombinan dikonstruksi dengan manggabungkan materi
genetik dari dua atu lebih sumber yang berbeda atau melakukan perubahan secara
terarah pada suatu materi genetik tertentu. Di alam, materi genetik melakukan
rekombinasi secara konstan. Berikut ini merupakan beberapa contoh rekombinasi
dari dua sumber atau lebih:
v Rekombinasi saat pendah silang dalam
pembentukan gamet pada proses meiosis
v Saat sperma dan ovum melebur pada proses
fertilisasi
v Saat bakteri melakukan transaksi bahan genetik melalui konjugasi transformasi
atau trasduksi.
Gambar 31. Teknologi DNA Rekombinan pertama kali oleh Stanley Cohen dan
Herbert Boyer. (1973)
Stanley Cohen (Stanford) Herbert Boyer (UCSF)
Dalam tiap contoh rekombinasi tersebut
dapat dimengerti bahwa rekombinasi merupakan salah satu cara untuk menungkatkan
terjadinya keragaman hayati di alam. Materi genetik yang ada di alam menyajikan
suatu bahan mentah evolusi yang dilakukan oleh seleksi alam atau seleksi buatan
yang dilakukan oleh manusia.
8. Penggunaan variasi genetik dalam
pemuliaan. Setelah
manusia mampu melakukan domestikasi, maka mulailah terjadi pemuliaan secara
selektif untuk mengubah bahan genetiknya sesuai dengan keinginan. Suatu
individu tertentu dalam populasi, yang berarti suatu materi genetik tertentu,
disukai oleh manusia dan dipakai sebagai induk untuk generasi-generasi
berikutnya. Dengan menyeleksi sutu variasi genetik tertentu dari suatu populasi
dan menyingkirkan variasi genetik lainnya, berarti kita sudah melakukan
rekombinasi bahan genetik dengan terarah dan dengan tujuan khusus. Akibatnya,
secara rfadikal kita telah mengubah bahan genetik organisme yang telah kita
domestikasikan.
a). Variasi genetik melalui rekayasa
genetika. Rekayasa
genetika atau teknologi DNA dapat diartikan sebagi teknik molekuler yang tepat
dan mampu menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber berbeda.
Rekombinasi DNA dilakukan dengan menggunakan enzim (enzim retriksi dan enzim
ligase) yang dapat melakukan pemotongan dan penyambungan DNA dengan tepat dan
dapat diperkirakan. DNA rekombinan selanjutnya dimasukkan kedalam organisme
sasaran melalui introduksi langsung (transformasi) melalui virus atau bakteri.
b).
Pemuliaan selektif vs rekayasa genatika. Pada dasarnya, rekayasa
genetika dan pemuliaan selektif memiliki kesamaan, namun kedua teknik ini juga
memiliki perbedaan penting.
Tabel 2. Perbedaan Antara Pemuliaan Selektif dan
Rekayasa Genetika
Parameter
|
Pemuliaan Selektif
|
Rekayasa Genetika
|
Tingkat
Ketepatan
Kepastian
Batasan taksonomi
|
Organisme utuh
Sekumpulan gen
Perubahan genetik sulit atau tidak mungkin
dikarakterisasi
Hanya dapat dipakai dalam
satu spesies atau satu genus
|
Sel atau molekul
Satu gen tunggal
Perubahan bahan genetik dikarakterisasi dengan
baik
Tidak ada batasan taksonomi
|
Dalam
rekayasa genetika, kita memindahkan satu gen tunggal yang fungsinya sudah
diketahui dengan jelas, sedangkan dengan pemuliaan selektif yang ditransfer
adalah sekumpulan gen yang fungsinya tidak diketahui. Dengan meningkatkan
ketepatan dan kepastian dalam manipulasi gen, maka risiko untuk menghasilkan
organisme dengan sifat-sifat yang tidak diharapkan dapat diminimumkan.
Dalam
pemuliaan selektif, kita mengawinkan organisme dari satu spesies, dari spesies
yang berbeda, dan kadang-kadang dari genus yang berbeda. Dalam rekayasa
genetika sudah tidak ada lagi hambatan taksonomi.
9.
Teknologi Rekayasa Protein
Teknologi rekayasa protein sering
digunakan bersamaan dengan rekayasa genetiak untuk menungkatkan profil atau
kinerja suatu protein, dan untuk mengkonstruksi protein baru yang secara alami
tidak ada. Dengan teknologi rekayasa protein, kita dapat meningkatkan daya
katalis suatu enzim sehingga dapat lebih produktif pada kondisi proses-proses
inustri. Selain itu, kemajuan dalam rekayasa protein juga memungkinkan kita
membuat enzim baru dengan dasar antibodi, yang disebut abzyme.
Latihan soal:
1.
Yang terjadi pada reaksi gelap cahaya adalah, kecuali.................
a. Memanfaatkan energi dari reaksi terang
b. Memerlukan O
c. Reduksi CO
d. Menghasilkan glukosa
2.
Pada reaksi terang, penyimpanan energi matahari dalam bentuk......
- ATP
- ADP
- NADP
- NADPH
a. CO
3. 1
molekul glukosa, dalam penguraian sempurnanya membentuk CO dan HO menghasilkan energi sebanyak.......
- 6 ATP
- 8 ATP
- 24 ATP
- 38 ATP
4.
Dibawah ini merupakan pengertian glikolisis, kecuali........
- Proses penguraian/katabolisme karbohidrat
- Reksi dengan produk akhir berupa piruvat
- Reaksi yang terjadi dalam sitoplasma
- Reaksi yang menghasilkan energi ATP paling besar dalam katabolisme karbohidrat
5.
Pernyataan berikut yang benar adalah........
- Suatu asam amino hanya disandikan oleh suatu kodon tertentu
- Suatu asam amino bisa disandikan oleh lebih dari satu kodon
- Satu atau lebih asam amino dapat disandikan oleh satu kodon
- Kodon adalah sekuen tiga ribonukleotida yang berurutan yag terdapat pada suatu tRNA
6.
Proses transkripsi dalam biosisntesis protein merupakan .............
- proses sintesis DNA
- proses sintesis RNA
- pembentukan mRNA yang dimulai dari promoter yang terletak disebelah hilir gen
- Terjadi dari arah 5’ ke 3’ dari rantai DNA
7.
Yang dimaksud dengan ekspresi suatu gen adalah.......
- Sintesis protein yang dikode oleh gen tersebut
- Sintesis RNA yang dikode oleh gen tersebut
- Sintesis RNA polimerase oleh gen DNA polimerase
- Sintesis protein dari mRNA hasil transkripsi gen tersebut
8.Berikut ini tahap biosintesis asam lemak,
kecuali.......
- Pembentukan malonil – CoA
- Pembentukan asetil – CoA
- Tahap pemanjangan rantai secara kontinu
- Tahap pemanjangan rantai tahap demi tahap
9.Perbedaan biosintesis asam lemak dengan
oksidasi asam lemak adalah...
- Biosintesis asam lemak terjadi pada mitokondria, oksidasi asam lemak terjadi pada sitoplasma
- Biosintesis asam lemak membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktor
- Oksidasi asam lemak membutuhkan CO
- Biosintesis asam lemak membutuhkan O
10. Berikut ini jaringan utama biosintesis
asam lemak, kecuali.....
- Jaringa hati
- Jaringan limpha
- Kelenjar susu
- Jaringan lemak
11. Yang dimaksud dengan ekspresi suatu gen
adalah.......
- Sintesis protein yang dikode oleh gen tersebut
- Sintesis RNA yang dikode oleh gen tersebut
- Sintesis RNA polimerase oleh gen DNA polimerase
- Sintesis protein dari mRNA hasil transkripsi gen tersebut
12. Pada proses translasi.........
- Sub unit kecil ribosom terikat pada mRNA kemudian sub unit besar bergabung
- Iaktan peptida terbentuk akibat enzim aminoasil sintetase
- Aminoasil tRNA membentuk kompleks dengan EF-Tu dan GDP
- Enzim transferase peptidil menggerakkan ribosom sejauh satu kodon sepanjang mRNA
13. Promoter merupakan.....
- Suatu gen dimana RNA polimerase terikat untuk dapat menginisiasi transkripsi
- Suatu urutan nukleotida spesifik dimana RNA polimerase terikat untuk dapat menginisiasi transkripsi
- Suatu tempat dimana RNA polimerase terikat untuk dapat menginisiasi translasi
- Suatu urutan nukleotida dimana DNA polimerase terikat untuk dapat menginisiasi transkripsi
14. Manakah dari industri berikut ini yang berdasarkan bioteknologi?
a. Industri kertas
b. Industri produksi antibiotika
c. Industri pupuk urea
d. Jawaban A,B,C benar
15. Salah satu perbedaan bioteknologi klasik dengan bioteknologi modern
adalah:
a. Bioteknologi klasik menggunakan
mikroorganisme sedangkan bioteknologi modern menggunakan organisme tingkat
tinggi
b. Bioteknologi klasik menghasilkan makanan
sedangkan bioteknologi modern menghasilkan bahan kimia
c. Produksi pada bioteknologi klasik
dilakukan dalam skals kecil sedangkan produksi pada bioteknologi modern
dilakukan dalam skala besar
d. Bioteknologi klasik tidak dapat
menghasilkan varietas baru sedangkan bioteknologi modern dapat menghasilkan
varietas baru
16. Dari proses berikut ini, mana yang paling
sulit dioptimalkan?
a. Formulasi bahan baku untuk fermentasi
b. Pemurnian produk hasil fermentasi
c. Perbaikan galur mikroba
d. Pembuatan penguikur pH untuk memonitor
proses fermentasi
17. Di bawah ini merupakan aplikasi dari
antibodi monoklonal, kecuali......
a. Kit untuk memurnikan suatu porotein
b. Kit untuk menguji air kencing seseorang
untuk menentukan apakah seseorang hamil atau tidak
c. Kit untuk mengisolasi DNA dari darah yang
ditemukan pada tempat terjadinya kejahatan
d. Kit untuk menentukan golongan darah dari
darah yang ditemukan pada tempat terjadinya kejahatan
18. PCR adalah .....
a. Suatu tekhnik untuk mengisolasi DNA
b. Suatu tekhnik untuk mengisolasi protein
c. Suatu tekhnik untuk penggandaan DNA
d. Suatu tekhnik untuk penggandaan protein
19. Di bawah ini merupakan contoh dari
bioteknologi hewa, kecuali.....
a.
Fertilisasi sapi betina dengan sperma sapi jantan yang
telah disimpan di nitrogen cair
b. Membuat domba transgenik
c. Membuat antibodi monoklonal
d. Menambah garam pada pakan sapi agar sapi
tambah cepat gemuk
20. Produksi penisillin dalam skala besar
dilakukan sejak...
a. Alexander Fleming menemukan penisillin
b. Perang Dunia I
c. Perang dunia II
d. Perang dingin antara AS dan Rusia
21. Hibridoma merupakan.....
a. Hasil fusi antara sel tumor dengan sel
limfosit
b. Hasil fusi antara sel tumor dengan sel
pankreas penghasil insulin
c. Hasil persilangan antara domba dengan
kambing
d. Hasil fusi antara sel tumor dengan
antibodi
22. Kegiatan di bawah ini termasuk kegiatan
bioteknologi hulu kecuali....
a. Isolasi gen
b. Mengubah sifat organisme
c. Mengubah sifat suatu gen
d. Memurnikan produk suatu gen
23. Kegiatan ini termasuk kegiatan
bioteknologi hilir, kecuali.....
a. Fermentasi skala kecil untuk menentukan
komdisi produksi optimum
b. Percobaan cara memurnikan produk dengan
hasil silang tinggi
c. Percobaan cara memurnikan produk dengan
biaya paling murah
d. Percobaan untuk menentukan cara menyimpan
produk sehingga tahan lama
24. Hasil bioteknologi di bawah ini dapat
digunakan dalam ilmu forensik untuk mencari bukti suatu kejahatan, kecuali...
a. PCR
b. Kultur sel hewan
c. Kultur sel tumbuhan
d. Antibodi monoklonal
25. Kegiatan atau proses di bawah ini dapat
menggunakan mikroorganisme, kecuali...
a. Produksi etanol
b. Menghasilkan tanaman transgenik
c. Menghasilkan antibodi monoklonal
d. Kultur sel hewan
26. Di bawah ini merupakan persaam antara
kultur sel hewan dengan kultur sel tumbuhan adalah, kecuali............
a. Kultur harus ditumbuhkan dalam kondisi
steril
b. Kultur harus cocok
c. Kultur memerlukan faktor pertanaman
d. Tidea semua sel bersifat totipotent
27. Mikroorganisme yang mempunyai peran dalam
menghasilkan pupuk hayati adalah sebagai berikut, kecuali.......
a. Azolla
b. Rhizobium
c. Azospirillum
d. Anabaena
28. Diantara jenis makanan tradisional ini,
salah satunya tidak memanfaatkan mikroba di dalam proses pengerjaannya, yaitu.......
a. Tempe
b. Anggur
c. Tape
d. Lemper
Comments