BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer
gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar
gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid
atau aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa).
Berdasarkan pengertian di atas berarti
diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum
dari karbohidrat adalah:
Cn(H2O)n atau CnH2nOn
Secara umum karbohidrat berfungsi
sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah
sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk
hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai komponen struktural sel.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah yaitu
untuk menambah wawasan dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
metabolisme karbohidrat. Agar kita lebih mengetahui tentang proses metabolisme
karbohidrat di dalam tubuh ternak.
1.3 Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, semoga pembaca
dapat mengetahui perbedaan mendasar antara metabolisme karbohidrat hewan
ruminansia dan non ruminansia. Serta agar pembaca dapat memberikan asupan
nutrisi karbohidrat kepada ternak.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Metabolisme Karbohidrat
Zat pakan yang dapat berfungsi baik bagi
tubuh sebagai sumber energi adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Bahan-bahan
pakan tersebut memiliki karakter nutrisi dan efek yang berbeda-beda terhadap
kondisi fisiologis ternak. Makanan yang berserat menghasilkan panas yang paling
tinggi dalam proses pencernaannya, kemudian diikuti oleh protein, karbohidrat
dan disusul oleh lemak. Satu gram karbohidrat, lemak, dan protein menghasilkan
berturut-turut 5.6 kcal/gram, 9.4 kcal/gram, dan 4.1 kcal/gram
Bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak merupakan bahan-bahan dengan
kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau
kandungan dinding selnya kurang dari 35% (Lubis, 1992). Zat makanan yang digunakan
sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar
80% total energi.
Karbohidrat
dalam pakan dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat struktural (fraksi serat)
dan karbohidrat non struktural (fraksi yang mudah tersedia). Selulosa dan
hemiselulosa termasuk dalam fraksi karbohidrat structural (fraksi serat) yang
merupakan komponen utama dari dinding sel tanaman. Sering terdapat berikatan
dengan lignin sehingga menjadi sulit dicerna oleh mikroba rumen. Lignifikasi
meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman (Arora, 1989).
2.2 Metabolisme Karbohidrat pada
ruminansia
Ternak ruminansia
merupakan ternak yang efisien dalam pemanfaatan pakan. Ruminansia
mampumemanfaatkan pakan dengan kualitas rendah dan kandungan serat kasar
tinggi. Disamping itu juga, mampumembuat protein sendiri didalam tubuh dari NPN
yang dihasilkan dari sumber N pakan.
Ruminansia
merupaka poligastrik yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari Retikulum
(perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati ,
yaitu Abomasum (perut kelenjar) .
v Reticulum
Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial.
Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung
intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai
permukaan sarang lebah. Secara fisik ini kurang terpisah dari rumen tetapi
bagian ini menyerupai daerah pengaturan aliran dari esofagus dan rumen ke
abomasum. Di dalam retikulum terjadi pencernaan fermentatif. Ph normal pada
retikulum adalah 7(suasana netral) (Siregar, 1994).
v Rumen
Rumen merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari diafragma
menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal
(Frandson, 1992). Mikroorganisme rumen sangat berperan penting dalam rumen.
Makanan yang masuk berdegradasi kompleks menjadi poisakarida seperti selulosa,
hemiselulosa, VFA atau Volatile Fatty Acid mensuplai 55-56% dari kebutuhan
energi hewan ternak tersebut. Mikroba juga mensintesis vitamin B kompleks yang
sangat dibutuhkan oleh hewan ternak tersebut. Ph normal pada rumen ternak
ruminansia adalah netral yaitu 7 (Siregar, 1994).
v Omasum
Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari
alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan
retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan abomasum
terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa “vela terminalia” yang barangkali
berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum
menuju omasum. Fungsi bagian ini adalah untuk menyaring partikel pakan yang
lebih kecil, oleh karena itu terdapat lima macam lamina atau daun yang
masing-masing mempunyai duri. PH normal pada omasum ternak ruminanasia adalah 7
yang berarti netral (Akoso, 2002).
v Abomasum
Abomasum, abomasum menurut Siregar (1994), disebut sebagai perut sejati
karena pada daerah ini terdapat kelenjar digesti yang berperanan dalam proses
pemecahan zat-zat gizi,. Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang
kaudal pada sisi kanan dari rumen.
Proses pencernaan di dalam lambung depan
terjadi secara mikrobial . Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan
makanan (Cole, 1962 ; Banerjee, 1978) . Sedangkan di dalam lambung sejati
terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar .
Ada
tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu bakteri, protozoa
dan sejumlah kecil jamur . Volume dari keseluruhan mikroba diperkirakan
meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1970) . Bakteri merupakan jumlah
besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu sekitar satu juta/ml cairan rumen . Jamur
ditemukan pada ternak yang digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai
kelompok selulolitik (Mc Donald, 1988) . bakteri merupakan biomassa mikroba
yang terbesar di dalam rumen, berdasarkan letaknya dalam rumen, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi
a. Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari
total bakteri) .
b. Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70%
dari total bakteri) .
c. Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen
dan bakteri yang menempel pada protozoa (Preston dan Leng, 1987) .
Jumlah bakteri di dalam rumen mencapai
1-10 milyar/mI cairan rumen. Selanjutnya (Yokoyama dan Johnson, 1988)
menyatakan bahwa terdapat tiga bentuk bakteri yaitu bulat, batang dan spiral
dengan ukuran yang bervariasi antara 0,3-50 mikron . Kebanyakan bakteri rumen
adalah anaerob, hidup dan tumbuh tanpa kehadiran oksigen . Walaupun demikian
masih terdapat kelompok bakteri yang dapat hidup dengan kehadiran sejumlah
kecil oksigen, kelompok ini dinamakan bakteri fakultatif yang biasanya hidup
menempel pada dinding rumen tempat terjadi difusi oksigen ke dalam rumen.
Pemecahan karbohidraat dalam rumen
melalui dua tahap, yaitu :
1.
Pemecahan karbohidrat kompleks menjadi
gula sederhana
2.
Pemecahan gula sederhana menjadi asam
lemak atsiri, terutama asam asetat, asam propinat, dan asam butirat.
Glukosa
diabsorbsi dari saluran pencernaan dalam jumlah kecil dan kadarnya di dalam
darah dipertahankan melalui sintesa andegenous untuk keperluan fungsi-fungsi
esensial jaringan tubuh. Berikut bagan dari pencernaan dan metabolisme
karbohidrat dalam rumen ruminansia :
Menurut
Arora (1989) setelah penyerapan dalam rumen, asam asetat dan asam propinat
melalui system portal akan dibawa ke hati, sedangkan sejumlah besar asam
butirat di dalam jaringan rumen diubah menjadi benda-benda keton yang kemudian
diangkut melalui system portal ke hati.
Asam
asetat adalah asam utama yang terbentuk dari degradasi makanan yang kaya serat
kasar oleh mikroba rumen dan merupakan sumber energy utama ruminansia. Di dalam
mitokondria, glukosa dibentuk dari asetat melalui modifikasi siklus asam trikarboksilat (Trycarboxylic
Acids = TCA)
Asam
propinat banyak dihasilkan dari perombakan karbohidrat di rumen melalui siklus
pentose-fosfat. Asam propnat, melalui system portal diubah menjadi glikogen,
NADPH+, dan tetap berupa glukosa sebagai sumber energy dalam sirkulasi darah.
Asam propinat hasil fermentasi dalam rumen dan proses glukoneogenesis sangat
penting artinya bagi ruminansia sebagai sumber energy. Jumlah asam propinat
dapat ditingkatkan dalam protek dengan meningkatkan rasio konsentrat dari hijauan dalam ransum.
Propinat yang terserap dalam darah dapat mensplai lebih dari 30% glukosa utuk
energy ruminansia (Parakkasi, 1995)
Asam
butirat yang dihasilkan dalam rumen akan diubah menjadi Beta Hidroksi Asam
Butirat (β-HBA) lalu dibawa ke hati melalui system portal, dan di dalam hati
diubah menjadi NADPH+, sebagai sumber energy dan sintesis asam lemak darah
dalam sirkulasi darah sistemik.
2.3
Metabolisme Karbohidrat pada Nonruminansia
Pada ternak nonruminansia, sistem
pencernaan dilakukan secara enzimatik
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pencernaan fermentatif. Ternak nonruminansia memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan hijauan dalam jumlah yang cukup dengan proses fermentatif di
bagian caecum, seperti kuda. Saluran
pencernaan kuda memiliki ciri khusus yaitu ukuran kapasitas saluran pencernaan
bagian belakang lebih besar di bandingkan bagian belakang. Alat pencernanya
adalah organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan, pencernaan
bahan pakan dan pengeluaran sisa pencernaan atau metabolisme. Berikut alat dan
fungsi pencernaan kuda:
v Rongga
Mulut (mouth)
Mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan yang mempunyai 3
fungsi yaitu mengambil pakan, pengunyahan secara mekanik dan pembasahan pakan
dengan saliva. Di dalam rongga mulut terdapat organ pelengkap yaitu lidah,
gigi, dan saliva. Lidah merupakan alat pencernaan mekanik. Gigi adalah organ
pelengkap yang secara mekanik relative kuat untuk memulai proses pencernaan.
Saliva kuda mengandung elektrolit utama yaitu Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO2-, HPO4-
serta tidak atau sedikit sekali mengandung amylase. Saliva dihasilkan oleh 3
pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar mandibularis, kelenjar
sublingualis. Saliva berfungsi sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan
pakan dengan adanya mucin
v Pharynx
dan Esofagus
Pharynx adalah penyambung rongga mulut dan esophagus. Esophgagus
mempunyai panjang kira-kira 50-60 inchi. Pada pharynx dan esofagus tidak
terjadi pencernaan yang berarti.
v
Lambung
Lambung ternak non ruminansia (kuda) relatif lebih kecil
dibandingkan ternak ruminansia. Kapasitas lambung kuda antara 8-15 liter atau
hanya 9% dari total kapasitas saluran pencernaan. Proses pencernaan yang
terjadi di daerah lambung tidak sempurna, dikarenakan aktivitas mikroorganisme
sangat terbatas dimana populasi bakteri relati rendah, waktu tinggal pakan di
lambung hanya sebentar sekitar 30menit, dan hasil proses fermentatif adalah
asam laktat bukan VFA.
v Pankreas
ternak nin ruminansia (Kuda) memiliki perbedaan yang spesifik dari segi
cairan pankreas dengan ternak lain yaitu konsentrasi enzim dan kadar HCO3
rendah. Bagian pankreas ternak non ruminansia terdiri dari endokrin dan
eksokrin.
v Usus
Kecil
Usus kecil merupakan tempat utama untuk mencerna karbohidrat, protein dan
lemak serta tempat absorbsi vitamin dan mineral. Kapasitas usus kecil adalah
30%.dari seluruh kapasitas saluran pencernaan ternak non ruminansia. Usus kecil
terdiri dari tiga bagian yaitu: duodenum, jejenum, dan ileum. Proses pencernaan
di usus kecil kecil adalah proses pencernaan enzimatik. Beberapa enzim tersebut
adalah peptidase, dipeptidase, amylase, dan lipase.
v Usus
Besar
Usus
besar terdiri dari caecum, colon, rektum. Caecum dan colon memiliki kapasitas
60% dari keseluruhan saluran pencernaan yang mempunyai fungsi 1) tempat
fermentasi dengan hasil berupa VFA, 2) Sintesa Asam Amino, Vit B & K, 3)
Tempat utama mencerna neutral detergen fiber (NDF), 4) asam laktat dari lambung
dengan adanya Veilonella gazagones akan dirubah menjadi VFA.
Produksi dan proses pencernaan fermentatif di usus besar tidak semuanya dapat dimanfaatkan karena posisi yang dibelakang setelah usus halus kecil, sehigga hanya sekitar 25% hasil fermentatif di usus besar yang dapat diserap kembali ke usus kecil atau dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan rektum merupakan tempat utama penyerapan air kembali. Proses pencernaan dari mulut sampai terbuang sebagai feses dari 95 % pakan yang dikonsumsi membutuhkan waktu 65-75 jam.
Produksi dan proses pencernaan fermentatif di usus besar tidak semuanya dapat dimanfaatkan karena posisi yang dibelakang setelah usus halus kecil, sehigga hanya sekitar 25% hasil fermentatif di usus besar yang dapat diserap kembali ke usus kecil atau dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan rektum merupakan tempat utama penyerapan air kembali. Proses pencernaan dari mulut sampai terbuang sebagai feses dari 95 % pakan yang dikonsumsi membutuhkan waktu 65-75 jam.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Terdapat
perbedaan yang sangat mendasar dari metabolisme karbohidrat pada ternak
ruminansia dan ternak nonruminansia. Diantaranya:
Pada
ternak Ruminansai, dalam memproses makanan memiliki dua fase. fase Pertama saat makanan tersebut
masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus, namun terus
ditelan. fase kedua dalam selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan
kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus. Ruminansia mempunyai
mikroorganisme di dalam reticulum yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat
mencerna makanan yang masuk.
Sedangkan
ternak non Ruminansia pada umumnya bagian-bagian penting dari alat
pencernaannya adalah mulut, Farinks, Esophagus, lambung, usus halus dan usus
besar. Ransum/makanan yang dicerna bergerak dari dari mulut di sepanjang alat
pencernaan oleh gelombang peristaltik yang disebabkan oleh adanya kontraksi
otot sirkuler di sekeliling saluran. Gelombang peristaltic menggerakkan makanan
di sepanjang saluran pencernaan dan menyebabkan bercampurnya bagian-bagian yang
dicerna akan bersentuhan dengan dinding saluran pencernaan dan bagian tersebut
akan diabsorbsi melalui selaput lendir usus dan masuk ke dalam tubuh. Tempat
absorbsi utama pada ternak non ruminansia adalah usus halus.
3.2
Saran
Dalam
upaya pemberian pakan kepada hewan ternak, kita harus mengetahui preses
pencernaan dan metabolisme dalam tubuh hewan tersebut. Sehingga, pakan yang
kita berikan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan nutrisi ternak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arora S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada
Ruminan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dilaga S.H. 1992. Nutrisi
Mineral Makanan Ternak (Kajian Khusus Selenium). Pressindo, Jakarta.
Comments